BANDUNG, FOKUSJabar.id : Berkolaborasi dengan Konsorsium Riset dan Inovasi Bio Farma sebagai induk holding BUMB Farmasi meluncurkan produk lifescience berupa Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), Rabu (20/5/2020).
Peluncuran ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam acara Kebangkitan Inovasi Nasional untuk melawan Covid-19, bersama Menristek RI Bambang Brodjonegoro.
Selain RT-PCR hasil produksi Bio Farma, ada delapan produk lainnya yang turut diluncurkan untuk lawan Covid-19. Semua produk ini, merupakan hasil kolaborasi triplex helix antara pemerintah, industri dan dunia pendidikan.
BACA JUGA : 81 Persen Masyarakat Indonesia Ingin Akhiri PSBB
RT-PCR yang Bio Farma hasilkan adalah merupakan hasil kolaborasi dalam nuansa kegotong-royongan dalam Gerakan Indonesia Pasti Bisa dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) sub Group task force Rapid Test Diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR) yang dimotori Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa saat ini dunia sedang beradu cepat dalam menangani wabah corona/Covid-19, dan hari ini karya nyata yang konkret.
“Ini momentum baru bagi kebangkitan bangsa kita, kebangkitan sain dan teknologi, khususnya dalam bidang kesehatan,” kata Jokowi.
Sementara itu, Menristek Bambang Brodjonegoro mengatakan, dalam keadaan Covid-19, pihaknya ingin menjadi bagian dari solusi penanganan wabah ini.
Menurut dia, riset dan inovasi berperan penting dalam menanggulangi wabah ini, oleh karena itu sejak awal Maret 2020 Kemenristek / BRIN menjadi solusi penanganan telah membentuk konsorsium beranggotakan Kementerian, Lembaga Pemerintah, Perguruan Tinggi dan Industri.
“Saya berharap produk-produk riset dan inovasi yang hari ini diluncurkan dapat menandai kebangkitan inovasi Indonesia. Sebagai koordinator Riset dan Inovasi Nasional, Kemeristek / BRIN selalu mendorong lahirnya berbagai inovasi bangsa Indonesia yang berdampak luas bagi masyarakat,” kata Bambang.
Kegiatan konsorsium tentang Covid-19 akan berkaitan dengan empat aspek penelitian, yakni Pencegahan, Screening dan Diagnosis, pengembangan obat dan terapi serta pengembangan alat kesehatan dan alat pendukungnya.
Direktur Pemasaran, Penelitian dan Pengembangan I Bio Farma Sri Harsi Teteki mengatakan, produk Bio Farma berupa RT-PCR kit masuk dalam kategori Screening dan diagnosis yang berfungsi mendeteksi virus Sars Cov2 penyebab Covid-19 yang merupakan gold standar dalam pemeriksaan Covid-19.
Bio Farma tergabung dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 sub Group task force Rapid Test Diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR) (TFRIC19) bersama Nusantics dan BPPT dan mendapatkan dukungan dari Gerakan Indonesia Pasti Bisa.
Tugas dari Bio Farma, kata dia, adalah untuk melakukan validasi, regristrasi, produksi dan juga distribusi.
“Produk ini merupakan hilirisasi dari peneltian yang merupakan hasil kolaborasi dan inovasi, dan pada tanggal 5 Mei 2020, sudah mendapatkan Nomor Izin Edar dari Kementerian Kesehatan,” kata Sri Harsi.
Tahap awal, RT-PCR ini akan diproduksi sebanyak 100 ribu kit, sampai dengan akhir Mei 2020. Jumlah tersebut akan di donasikan kepada BNPB untuk kemudian didistribusikan kepada laboratorium yang berada di 45 lokasi. Setelah pendonasian selesai, maka akan dilakukan tahap komersialisasi.
Sampai saat ini, sudah 16 lab yang menerima donasi dari Bio Farma, berdasarkan rekomendasi dari BNPB dan Kementerian Kesehatan berdasarkan peta epidemiologi dengan prinsip 3T (Tepat Laboratorium, Tepat Jumlah dan Tepat Waktu).
Hal lain yang harus terpenuhi dari laboratorium adalah sudah memenuhi standar teknis antara lain: memiliki fasilitas Bio Safety Level (BSL) 2, PCR Open System, dan sudah pernah melakukan analisa sampel Covid-19.
“Keunggulan yang dimiliki dari RT PCR ini adalah memiliki spesifiksitas yang tinggi hampir 100 persen untuk mendeteksi Covid-19 karena didesain oleh target gen sesuai sequence virus yang ada Indonesia. Keunggulan kedua RT PCR ini didesain untuk open system PCR sehhingga bisa digunakan dimesin PCR manapun,” kata dia.
Keunggulan berikutnya adalah sudah menerapkan Good Distribution Process (GDP) sesuai rekomendasi dari WHO, dimana dalam pengantaran suhunya mengikuti prinsip sistem rantai dingin / cold chain system, seperti distribusi vaksin pada umumnya.
“Yang tidak kalah penting, harga yang ditawarkan saat komsersialisasi akan terjangkau,” kata dia.
(LIN)