FOKUSJabar.id: Kegiatan touring adalah kewajiban bagi biker atau penghobi sepada motor, baik itu bagi pencinta motor ber-cc besar maupun kecil sekalipun. Namun touring dengan mengendarakan motor tua memiliki kenikmatan tersendiri bagi sejumlah biker yang mengkoleksi motor tua pabrikan Eropa ini.
Motor tua khusunya berusia diatas 35 tahun pabrikan Eropa memiliki keunikan karakter tersendiri berbeda dengan motor tua pabrikan asal Japang yang sudah tidak asing lagi didengar di telinga orang Indonesia.
Pemuda asal Bandung Samsam mengaku, merasakan kenikmatan tersendiri saat menunggangi kuda besinya yakini Brimingham Small Arms (BSA) tipe B44 tahun 1969 berkapasitas mesin satu slinder 500cc. Dengan ruang pacu yang tidak terlalu besar namun kekuatan motor asal Inggris tersebut sudah teruji ketahanannya.
Samsam yang juga tergabung dalam salah satu club motor di Bandung mengatakan, kenikmatan memacu motor tua pada saat touring adalah ketika berserta rombongan touring satu pola pikir yaitu, bagaimana cara sampai ke tujuan dengan tidak ada masalah pada motor disepanjang perjalanan.
BACA JUGA: Tangguh, Irit Dan Unik Alasan Honda Win 100 Diburu Kaula Muda
“Jadi kita touring ini bukan cepat-cepat sampai tujuan, tapi bagaiamana touring tanpa ada masalah pada motor. Dengan itu kami tidak ada yang ugal-ugal saat perjalanan,” kata Samsam.
Kekuatan mesin motor tua meskipun dengan perawatan baik tidak akan sesempurna motor-motor muda dengan teknologi canggih, maka terkadang tidak ada yang bisa menjamin apakah motor yang tersebut bisa sampai tujuan atau tidak.
Samsam mengatakan, saat membesut kuda besinya itu ada aturan tersendiri sehingga motor tidak terlalu diporsir, apalagi dengan jarak tempuh yang panjang diatas 500 Km. Dengan demikian kata Samsam yang paling terpenting adalah mengerti bagaimana karakter motor peganggan milik sendiri.
“Kalau motor tua kan tidak tahu apakah ada masalah pada saat dijalan atau tidak, jadi saat menirk gas pun ada aturannya. Kalau touring rombongan motor tua itu ada istilahnya memacu dengan satu ketukan,” kata dia.
BACA JUGA: Norton Resmi Diambil Alih TVS
Samsam menjelaskan, terakhir touring menggunakan BSA B44 nya itu ke Kerinci Sumatra, dirinya bersama rombongan sekitar delapan motor tua pabrikan Eropa berangkat dari kota kembang. Lanjut dia menuju ke Kerinci Sumatra dirinya menghabiskan waktu kurang lebih tujuh hari.
Dalam perjalan masing-masing biker mengalami masalah pada motornnya itu juga menambah kenikmatan saat touring dengan motor tua, karena biker dipaksa untuk memperbaiki kuda besi nya pada saat itu juga, meskipun pengetahuan dalam memperbaiki motor terbatas.
“Macam-macam kendala dijalan terjadi pada mesin, namun kita gotong royong saling membatu memperbaiki motor. Kita tidak pernah meninggalkan satu biker pun yang sedang trouble maka itu kenikmatan touring motor tua,” kata Samsam.
BACA JUGA: Langka, Honda Pispot c50 Banyak Diburu Kolektor
Selain itu dengan kecepatan yang diatur kenikmatan touring dengan motor tua ialah tempat-tempat indah yang dilintas tidak pernah terlewatkan momen. Terkadang jika yang dilewati itu sangat indah dan tidak ada ditempat lain maka sempatkan waktu untuk berswafoto.
Samsam mengatakan, mungkin beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan touring dengan motor tua tidak bisa dirasa dengan touring menggunkan motor muda apalagi yang ber-cc besar.
“Kalau ada yang indah pasti saya sempatkan berhenti menikmati suasana dan tak lupa foto-foto mengabadikan perjalanan, kalau kebut-kebutkan ada yang indah suka tidak terlihat,” kata Samsam.
Samsam menjaslakan, dalam perawatan motor BSA saat ini sudah tidak sulit lagi pasalnya, pasar internasional yang menjual part BSA sangat banyak, belum lagi kecanggihan teknologi untuk memperbaiki part sudah banyak.
Untuk pengetahuan pribadi memperbaiki motornya itu bisa lihat di youtube begitupun untuk perawatan, selain itu karena dirinya berkomunitas sarana sharing adalah suatu yang sangat efektif untuk memperluas pengetahuan tentang motor tua.
“Apalagi pada saat diperjalanan keitika ada kendala kita terpaksa harus membetulkan sendiri atau diaping degan yang lebih pengalaman, itu kan pelajaran yang sangat berharga,” katanya.
Samsam mengaku, selain Sumatra sebelumnya dirinya sudah membesut motor BSA-nya itu ke Jogjakarta, karena pemeliharaan yang benar selama perjalanan tidak pernah menemui masalah yang berarti.
Tahun ini setelah pandemi Covid-19 usai Samsam, berencana akan memacu lagi motornya itu di daratan Sulawesi, yang dari informasi jalanan di Sulawesi atau yang lebih dikenal Celebes memiliki banyak rintangan.
“Saya semakin merasa tertantang lagi memacu kuda besi tua saya ini, saya dan teman-teman berencana untuk touting ke Sulaweis tahun ini setelah corona selasai,” katanya.
(As)