CIAMIS, FOKUSJabar.id: Masjid Agung Ciamis merupakan salah satu ikon bangunan kebanggan warga Tatar Galuh yang terletak di pusat Kota Ciamis. Tepatnya berada di sebelah Barat Aluh-alun Ciamis.
Lokasinya yang berada tepat di pinggir jalur utama selatan, membuat Masjid Agung Ciamis juga digunakan sebagai tempat transit oleh warga dari luar kota. Suasananya cukup indah yang dihiasi berbagai pohon, seperti pohon kelapa dan pohon kurma.
Masjid ini menyimpan catatan perjalanan yang panjang. Renovasi yang dilakukan berulang kali. Masjid ini juga pernah dibakar oleh kelompok gerombolan DI/TII. Dimana saat itu gerombolan masuk ke Ciamis, menyerang markas TNI, perumahan warga, perkantoran termasuk Masjid Agung Ciamis yang menjadi sasaran pada tahun 1958.
BACA JUGA : Pemkab Ciamis Sepakat PSBB Tingkat Provinsi, Ini Syaratnya
“Dulu saat gerombolan datang ke Ciamis melakukan penyerangan. Banyak bangunan-bangunan yang dibakar, termasuk Masjid Agung. Tapi alhamdulillah tidak ada kerusakan yang parah di masjid agung ini,” kalta Sekretaris Umum DKM Masjid Agung Ciamis, Iskandar, Kamis (30/9/4/2020).
Iskandar menjelaskan, Masjid Agung Ciamis dibangun pertama kali pada tahun 1882 pada masa pemerintahan Bupati Galuh RAA Kusumadiningrat (1839-1886). Bupati ke-16 yang dikenal masyarakat Ciamis dengan sebutan Kangjeng Prebu atau Kangjeng Dalem.
Kanjeng Prebu dikenal masyarakat sebagai Bupati yang paling berjasa dalam melakukan pembangunan. Terutama dari sarana infrastruktur pemerintahan dan infrastruktur publik di Ciamis.
Selain mengawali membangun mesjid agung di pusat kota, Kanjeng Prebu juga memerintahkan pembangunan mesjid jami di setiap desa.
“Masjid Agung Ciamis ini dibangun di atas tanah seluas 8.500 meter persegi, dengan bangunan atap berbentuk kerucut dengan tiga tingkatan. Model ini serupa dengan Masjid Demak atau Mesjid Agung Bandung yang lebih dulu dibangun pada tahun 1812. Kontruksi bangunan didominasi kayu jati,” ujar Iskandar.
Saat pembangunan masih berlangsung, Kangjeng Prebu pensiun dari jabatan Bupati Galuh pada 1886. Lalu dilanjutkan oleh Bupati Galuh berikutnya yakni RAA Kusumasubrata yang merupakan anak kandung Kangjeng Prebu.
Masjid Agung Ciamis ternyata selesai pada bulan ramadan. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis pada prasasti kayu di bagian kanan bangunan, pembangunan mesjid ini selesai pada “Tanggal 30 Romadhon tahoen 1319 H/10 Djanoeari tahoen 1902 M Waktoe Boepati Kanjeng Dalem Raden Aria Adipati Koesoemah Soebrata”. Sayangnya prasasti itu kini hilang.
Renovasi Masjid Agung Ciamis diawali oleh Bupati Raden Yusuf Suryadipura tahun 1958. Setelah masjid dibakar oleh gerombolan DI/TII. Model bangunan dirombak total. Model atap kerucut yang tadinya dari genting diubah menggunakan seng. Kemudian ditambahkan pula dua buah menara di kedua sisi bangunan.
Renovasi ketiga dilakukan pada masa kepemimpinan Bupati Momon Gandasamita (1983-1988). Renovasi kali ini dilakukan secara total. Bangunan dibuat dari beton, termasuk kubahnya. Sementara dua menara kubah seng dirobohkan diganti sebuah menara beton. Tidak lagi ada atap kerucut tiga tingkat.
Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2002 saat Bupati Ciamis Oma Sasmita. Merenovasi mesjid agung menjadi lebih representatif.
Di bagian atap terdapat 4 kubah kecil yang mengelilingi satu kubah besar di tengah. Di halaman dibangun dua menara besar. Selain mesjid dibangun pula basement yang memuat kantor DKM, Perpustakaan dan tempat wudhu.
Pekarangan pun dibuat indah dengan kehadiran aneka pepohonan dan bunga-bunga. Satu yang paling menarik adalah pohon kurma, dimana pohon tersebut merupakan pohon khas timur tengah.
(Riza M Irfansyah/Bam’s)