spot_img
Minggu 5 Mei 2024
spot_img
More

    Produk Pertanian jadi Kambing Hitam Inflasi

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi mengomentari stigma masyarakat terkait kenaikan harga komoditi yang selalu dianggap penyebab inflasi.

    Menurutnya, stigma inflasi kerap disampaikan saat jelang Ramadan ketika harga sembako meroket, pada saat berbarengan harga sandang juga ikut meningkat. Namun komoditi pertanian yang selalu diributkan sebagai penyebab inflasi.

    “Stigma itu menyebabkan hasil pertanian sulit berkembang dan selalu menjadi kambing hitam inflasi. Terutama menjelang bulan puasa,” kata Dedi melalui sambungan telpon seusai menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertanian di Jakarta, Senin (27/1/2020).

    Dedi mencontohkan, perlakuan itu berbeda ketika harga baju dan sewa transportasi naik saat menjelang puasa. Kenaikan harga itu tidak disebut penyumbang utama inflasi.

    “Kalau beli produk pertanian, semua ngomong inflasi. Ketika lebaran, orang ribut ngomong harga cabai, bawang, kol dan lainnya. Tetapi mereka tak pernah ribut harga baju naik, Sepatu naik, sewa mobil naik dan harga tiket naik,” katanya.

    Selain itu kata Dedi, yang menjadi problem didunia pertanian adalah daya dukung lingkungan dan iklim yang saat ini sudah berubah. Ditambah lagi perusakan lingkungan seperti hutan dan gunung, perncemaran sungai serta semakin sempitnya lahan pertanian.

    “Daya dukung Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi bagian dari problem pertanian. Kemudian minat usaha pertanian menurun karena stigma negatif bahwa bertani itu kotor dan kumuh,” ucapnya.

    Problem pertanian lainnya, penurunan daya dukung masyarakat terhadap produk pertanian. Masyarakat lebih menyukai impor dibanding beli hasil pertanian dalam negeri.

    Kemudian perlakuan diskriminasi kebijakan untuk petani. Misalnya, subsidi untuk petani disebut inefisiensi.

    “Tapi ketika orang-orang kaya ngemplang bank harus diganti oleh keuangan negara. Investasi diberikan kepada orang kaya, terus hilang seperti kasus Jiwasraya. Itu tak disebut inefisien. Padahal subsidi pertanian itu dinikmati jutaan orang,” kata Dedi yang juga Ketua DPP Partai Golkar.

    Dedi mengatakan, problem-problem pertanian itu harus dicari solusinya. Terkait masalah menyempitnya lahan pertanian, harus ada revisi rencana tata ruang dan wilayah.

    Kemudian pertanian diintgrasikan dalam sistem pendidikan. Mata pelajaran siswa di sekolah bisa dipadukan dengan pertanian atau disebut sekolah alam. Misalnya matematika belajar menghitung dengan objek produk petanian.

    “Lalu solusi lainnya seperti stigma inflasi dan inefisiensi subsidi, itu berkaitan dengan kesadaran dan pemahaman pemerintah tentang arti penting pertanian,” tuturnya.

    (AS) 

    Berita Terbaru

    spot_img