spot_img
Sabtu 4 Mei 2024
spot_img
More

    Pemprov Jabar Dorong Mangga dan Manggis Tembus Pasar Jepang

    BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong mangga gedong dan manggis bisa menembus ekspor Jepang yang selama ini terkenal sulit menerima komoditas provinsi tersebut.

    Sekda Jabar Iwa Karniwa mengatakan, selama ini komoditas Jabar agak sulit menembus Jepang karena ketatnya sejumlah persyaratan. Kali ini, pihaknya optimistis, karena dari Jepang Indonesia Comitte akan beraudiensi.

    “Ekspor itu paling sulit ke Jepang, tapi dengan adanya rencana Jepang (investasi), kita siapkan dua komoditas saja,” jelas dia, Kamis (8/11/2018).

    Dua komoditas yang disiapkan itu, yakni mangga gedong gincu dan manggis dari kawadan Utara dan Priangan.

    Rencananya pihak pengusaha Jepang akan didorong sebagai investor komoditas tersebut melalui skema inti plasma.

    “Jadi kita harapkan Jepang sebagai pembeli dan kalau dimungkinkan jadi investor inti plasma,” kata Iwa.

    Dia menilai skema inti plasma bisa menjamin kepastian bagi petani komoditas tersebut, terlebih ada kepastian pasar, harga dan pembeli.

    Pihaknya yakin dengan cara ini, kesempatan petani mendapat penghasilan tinggi sangat terbuka.

    ” Karena harga ekspor itu mahal, bisa Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram untuk manggis, atau lebih mahal dari pasar lokal yang berkisar Rp7 ribu hingga Rp11 ribu per kilogram.

    Jepang menjadi pasar potensial, mengingat buah-buahan ini lebih banyak diterima pasar ekspor Cina, Hongkong, Belanda hingga Perancis.

    “Kita juga tingkatkan pertanian yang berdaya saing sehingga bisa meningkatkan cadangan devisa,” jelas dia.

    Iwa mengaku Pemprov Jabar sudah menyiapkan kesediaan lahan dan berapa banyak tanaman gedong dan manggis. Untuk gedong saat ini tercatat kontribusi terbesar datang dari Majalengka yang mencapai 403.000 pohon, dengan luas lahan 4.033 hektar dan produksi mencapai 325.457 ton per tahun.

    “Nilai ekspor mangga gedong baru mencapai US$ 638.136, Jepang masih belum menerima untuk mangga,” paparnya.

    Sementara produksi manggis paling tinggi berasal dari Tasikmalaya yang memiliki 431.000 pohon dan luasan hingga 4.313 hektar, produksinya hingga 28.693 ton. Tasikmalaya menurutnya menyumbang 45 persen produksi manggis Jabar.

    “Lahan di Tasikmalaya masih sangat luas dan cocok untuk budidaya manggis,” kata dia.

    Adapun komoditas mangga gedong, tersebar di sejumlah wilayah utara, yakni Indramayu, Sumedang, Majalengka, Kuningan dan Cirebon.

    Data 2017 lalu menunjukan bahwa dari enam wilayah itu, kapasitasnya mencapai 2,39 juta pohon, luasan 23.959 hektar dan produksi 325.457 ton.

    Sedangkan manggis dihasilkan oleh lima sentra produksi di Priangan, yakni Tasikmalaya, Bogor, Sukabumi dan Purwakarta. Pada 2016 lalu manggis yang diekspor keluar mencapai 473.267 kilogram.

    “Kontribusi terbesar Majalengka disusul Indramayu yang produksinya 77.474 ton,” kata Iwa.

    Dari data yang ada, selain Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi pun memproduksi manggis cukup besar bagi Jabar mengingat produksinya mencapai 1.911 ton dari 38.122 pohon di lahan seluas 381 hektar.

    Dari lima sentra produksi manggis yang diproduksi mencapai 42.122 dan sentranya di Tasikmalaya.

    Sampai  saat ini manggis adalah produk ekspor holtikultura terbesar asal Jabar dengan rata-rata satu kontainer per bulan.

    “Selain manggis, Jabar pun mengekspor buah mangga seperti jenis harum manis serta sayuran,” kata dia.

    (LIN)

    Berita Terbaru

    spot_img