spot_img
Senin 29 Desember 2025
spot_img

Kejar Ketertinggalan RLS, Garut Fokus Wilayah Pelosok

GARUT, FOKUSJabar.id: Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten Garut pada tahun 2024 masih 7,85 tahun (dibawah Jawa Barat 8,87 tahun dan Nasional 8,85 tahun).

Pemkab Garut kini  telah menyiapkan strategi khusus. Pada tahun 2025, RLS Garut hanya meningkat tipis menjadi 7,86 tahun.

BACA JUGA:

Libur Nataru, Polres Garut Atur One Way untuk Antisipasi Macet Cipanas

Akhir tahun 2025, Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut memberikan perhatian serius terhadap dua tantangan besar. Yakni, disparitas kualitas pendidikan di wilayah pelosok dan peningkatan RLS.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Asep Wawan menegaskan, transformasi digital dan penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS) menjadi pilar utama kebijakan pendidikan di tahun mendatang.

Membedah Disparitas, Afirmasi untuk Pelosok

Hingga saat ini, kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pelosok Garut masih menjadi tantangan nyata.

Menanggapi hal tersebut, Asep Wawan menjelaskan, pihaknya tengah menggencarkan program afirmasi untuk mengejar ketertinggalan di daerah terpencil.

“Kami fokus pada pemerataan sarana dan prasarana di seluruh wilayah tanpa terkecuali. Selain fisik, kompetensi guru di pelosok ditingkatkan secara berkala melalui bimbingan teknis rutin,” kata Dia kepada FOKUSJabar, Senin (29/12/2025).

BACA JUGA:

Polisi Garut Amankan ‘Jeger’ Pemabuk yang Rusak Meja Kantor dengan Sajam Ilegal

Salah satu langkah taktis yang diambil adalah memperluas jangkauan sekolah melalui model Sekolah Satu Atap di daerah yang sulit dijangkau.

Selain itu, membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat melalui izin pendirian sekolah swasta yang memenuhi standar operasional.

Untuk mendongkrak RLS agar mampu bersaing di level provinsi, Disdik Garut melakukan lompatan besar dalam aspek digitalisasi. Bukan sekadar pengadaan alat, namun juga penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Strategi yang diusung:

  1. Distribusi Teknologi

Penyaluran bantuan Interactive Flat Panel (IFP) dan Chromebook yang bersumber dari bantuan Provinsi Jabar serta Kemendikdasmen.

2. Kurikulum Masa Depan

Pelatihan khusus bagi guru dalam metode Deep Learning serta pengenalan Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA).

3. Budaya E-Learning

Penerapan sistem pembelajaran elektronik secara masif di jenjang SD dan SMP.

“Target kami adalah lulusan yang literat secara digital. Dengan e-learning, jarak bukan lagi penghalang untuk mendapatkan materi berkualitas,” tegas Asep.

Menurut Dia, masalah pendidikan di Garut tidak hanya soal teknis di dalam kelas. Namun juga dipengaruhi faktor ekonomi dan sosial seperti pernikahan dini.

BACA JUGA:

Sekolah Sungai Cimanuk Garut Segera Sosialisasi Mitigasi Bencana di Teras Cimanuk

Untuk menekan angka putus sekolah, Pemkab Garut meluncurkan inovasi program “Ayo Kembali Aktif Sekolah” melalui Kartu Garut Hebat (KGH).”

Sedikitnya ada tiga tahapan krusial dalam program mitigasi tersebut.

  1. Verval Data ATS

Pencocokan data di lapangan untuk mengetahui secara presisi siapa, di mana dan mengapa anak tersebut putus sekolah.

2. Konfirmasi dan Identifikasi Kebutuhan

Mengumpulkan anak-anak tersebut untuk mengidentifikasi hambatan mereka. Mulai dari alat tulis hingga akomodasi transportasi.

3. Reintegrasi Pendidikan

Mengembalikan siswa kebangku sekolah sesuai minat dan jenjang yang sempat terputus.

BACA JUGA:

Muhammadiyah Garut Canangkan Pembangunan Rumah Sakit Bersejarah

“Pemerintah menjamin keberlangsungan pendidikan mereka melalui KGH. Ini bukan sekadar kartu, tapi jaminan beasiswa dari Pemkab Garut agar tidak ada lagi anak yang berhenti sekolah karena kendala biaya,” tegasnya.

Disdik Garut berkomitmen, pendidikan berkualitas harus dirasakan oleh seluruh anak. Baik mereka yang ada di pusat kota maupun yang berada di balik perbukitan Garut Selatan.

(Y.A. Supianto)

spot_img

Berita Terbaru