GARUT, FOKUSJabar.id: Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Garut, Hj. Ernawati Siti Syaja’ah, mengungkapkan. Data riset nasional Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPA). Dan informasi dari Polres Garut menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah Garut meningkat.
“Hasil riset dari KemenPPA menunjukkan salah satu yang tinggi angka kekerasan kepada anak dan perempuan adalah Kabupaten Garut. Ketika kami audiensi dengan Kapolres. Beliau menyatakan Garut masuk peringkat 5 di Jawa Barat. Dari 27 kota/kabupaten,” ungkap Ernawati, dalam Lokakarya Pelibatan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Kegiatan yang berlangsung di Ballroom Glamping Sabda Alam, Tarogong Kaler, Senin (1/12/2025).
Erna menekankan bahwa pencegahan kekerasan adalah tanggung jawab kolektif seluruh elemen masyarakat. Dan kerja sama dengan Yayasan Pulih, yang berfokus pada pemulihan trauma penyintas, menjadi langkah strategis. Untuk itu pula lokakarya ini di gelar sebagai respons atas tingginya angka kekerasan berbasis gender.
Baca Juga: Kades di Garut Raih Juara 3 Nasional Peacemaker Justice Award
Program Yayasan Pulih di Desa Pilot Project
Sementara itu, Perwakilan Yayasan Pulih, Risna, menjelaskan. Bahwa Garut menjadi salah satu wilayah sasaran dari program yang juga di implementasikan di lima negara. Pelaksanaan di Kabupaten Garut di lakukan melalui Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LKP3A) Fatayat NU.
“Program ini sudah menginjak tahun kedua. Di Garut, kami memiliki dua desa pilot project, yaitu Desa Banyuresmi dan Desa Godog,” jelas Risna.
Dalam pelaksanaannya, Yayasan Pulih bersama Fatayat NU telah melatih 30 fasilitator dewasa, 30 fasilitator remaja. Dan 20 lembaga komunitas, melibatkan berbagai sektor termasuk keagamaan dan pemerintah.
“LKP3A Fatayat NU Kabupaten Garut tidak bisa sendirian untuk membantu program-program pemerintah. Dalam mengentaskan segala bentuk kekerasan berbasis gender,” pungkas Risna.
Pemkab Garut Apresiasi Inisiasi Fatayat NU
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut. Yayan Waryana, menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiasi dan kolaborasi Fatayat NU.
“Pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat efektif karena mereka adalah panutan. Tokoh yang di dengar, dan tauladan bagi masyarakat,” ujar Yayan.
Ia menjelaskan bahwa DPPKBPPPA telah mengimplementasikan program serupa di 17 kecamatan. Sinergi ini di perkuat dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara DPPKBPPPA dan Fatayat NU.
Baca Juga: HUT KORPRI, Bupati Garut Soroti Realisasi Program Akhir Tahun
Yayan menegaskan bahwa pemerintah fokus pada perlindungan, pelayanan, penanganan, dan pemulihan bagi penyintas.
“Hotline sudah tersedia di UPTD PPA. Dan setiap ada kasus kekerasan agar segera di tindaklanjuti, juga merupakan sebuah gerakan yang berpihak kepada korban,” tegasnya.
Lokakarya yang di gagas Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Garut. Yang berkolaborasi dengan Yayasan Pulih dan Pemkab Garut ini. Bertujuan memperkuat peran strategis para tokoh dalam upaya pencegahan kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya.
Kegiatan ini di hadiri oleh Wakil Ketua PCNU Kabupaten Garut, Deni Rangga Jaya. Serta Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Garut, dr. Maskut Farid.
Selain itu, lokakarya yang berlangsung sampai dengan 2 Desember 2025. Di harapkan mampu menghimpun masukan dan memperkuat sinergi lintas pihak untuk keberlanjutan upaya pencegahan kekerasan di Kabupaten Garut.
(Y.A. Supianto)


