TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Ratusan peserta dari berbagai latar belakang mengikuti Seminar dan Talkshow Pencegahan Pelecehan Seksual yang digelar Yayasan RDA Islamic Life School Tasikmalaya di Gedung Kesenian (GK) Jalan Lingkar Dadaha, Cihideung, Kota Tasikmalaya, Minggu (23/11/2025) sore.
Kegiatan bertema “Jangan Tutup Mata, Pelecehan Itu Nyata” ini menghadirkan narasumber berpengalaman, di antaranya Bunda Lusi Rosdianti dari DPPKBP3A Kota Tasikmalaya, Founder RDA Islamic Life School Ustaz Abu Fauza, serta psikoterapis dan praktisi kesehatan mental Kang Zea, yang berhasil membuat banyak peserta terbawa emosi hingga meneteskan air mata.
Baca Juga: 13 Inorga Aklamasi Pilih Cecep Nuryakin Pimpin Kormi Kabupaten Tasikmalaya 2025–2029
Theater Menguras Emosi
Acara dibuka dengan penampilan Theater Waras Jalanan karya Pongki Wijaya. Pementasan ini menggambarkan kisah seorang gadis korban pelecehan seksual yang takut melapor, bahkan sekadar bercerita kepada teman dekatnya. Tekanan batin yang ia pendam membuatnya jatuh dalam depresi berat.
Alur yang menyayat hati tersebut membuat suasana ruangan haru. Banyak peserta terutama para orang tua terlihat menitikkan air mata tersentuh oleh akting anak-anak RDA Islamic Life School.
Talkshow: Bahaya, Jenis, dan Cara Melapor Pelecehan
Setelah pementasan, acara dilanjutkan dengan talkshow yang membahas berbagai aspek pelecehan seksual, mulai dari potensi bahaya, bentuk-bentuk pelecehan, hingga cara pencegahannya. Para narasumber menekankan pentingnya keberanian untuk melapor jika mengalami atau menyaksikan tindakan pelecehan.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DPPKBP3A Kota Tasikmalaya, Bunda Lusi Rosdianti, mengapresiasi kegiatan edukatif tersebut.
“Kegiatan ini sangat positif sebagai ruang diskusi dan edukasi bagi perempuan agar lebih sadar dan mampu mencegah terjadinya pelecehan seksual,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa kasus pelecehan seksual di Kota Tasikmalaya masih tinggi.
“Tahun 2025, laporan yang masuk mencapai sekitar 200 kasus, dan sebagian besar merupakan kasus kekerasan seksual,” jelasnya.
Bunda Lusi turut menjabarkan perilaku yang termasuk kategori pelecehan, seperti siulan, sentuhan tanpa izin, pengiriman foto atau video tanpa persetujuan, hingga pemaksaan hubungan seksual dalam relasi apa pun.
Ia pun mengajak masyarakat untuk berani melapor ke instansi terkait seperti KPAI atau DPPKBP3A.
Psikoterapis Ungkap Dampak Trauma
Psikoterapis Kang Zea menyoroti dampak psikologis yang dialami korban.
Menurutnya, korban kerap mengalami stres berkepanjangan, kecemasan, mimpi buruk, hilang gairah hidup, bahkan trauma.
Dari berbagai kasus yang ia tangani, Zea menyebut kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua sebagai salah satu faktor yang membuat seseorang rentan menjadi pelaku atau korban pelecehan.
Saat sesi terapi berlangsung, banyak peserta tidak kuasa menahan tangis, menunjukkan betapa dalamnya isu ini menyentuh kehidupan mereka.
“Perhatian dan kasih sayang dari orang tua adalah fondasi penting dalam mencegah pelecehan seksual,” tegasnya.
Seruan Bersama Melawan Pelecehan Seksual
Kasus pelecehan seksual yang terus meningkat sangat meresahkan, terlebih Tasikmalaya sebagai kota santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Kolaborasi seluruh elemen masyarakat dinilai mutlak diperlukan untuk memutus rantai kekerasan seksual dan mencegah jatuhnya korban baru.
(Seda)


