BANJAR,FOKUSJabar.id: Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Banjar dalam menekan angka stunting terus menunjukkan hasil positif. Dalam beberapa tahun terakhir, tren penurunan kasus stunting berlangsung konsisten, menandakan bahwa intervensi lintas sektor yang dilakukan semakin efektif dan berdampak langsung bagi kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2020, angka stunting di Kota Banjar tercatat berada di kisaran 23 persen. Namun berdasarkan hasil survei 2024 yang dirilis tahun 2025, angka tersebut berhasil ditekan hingga berada di kisaran 18–18,8 persen. Capaian ini dipandang sebagai lompatan signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan keluarga.
Baca Juga: Kolaborasi Polri–Ojol Diperkuat, Kapolda Jabar Optimis Pengamanan Nataru Lebih Kondusif
Wali Kota Banjar, Sudarsono, menegaskan bahwa keberhasilan tersebut merupakan buah dari kerja kolaboratif berbagai pihak yang terus dikuatkan setiap tahunnya.
“Kita terus berupaya memperhatikan keluarga yang memiliki risiko stunting, dimulai dari pendekatan agar mereka menyadari pentingnya hidup sehat,” ujar Sudarsono, Kamis (20/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa Pemkot Banjar fokus pada dua strategi utama dalam menekan angka stunting: pemberian asupan gizi kepada keluarga berisiko dan perbaikan kualitas lingkungan tempat tinggal.
“Kita berikan asupan gizi bagi keluarga yang berpotensi terkena stunting, sekaligus memperbaiki lingkungan mereka,” tegasnya.
Evaluasi Berkala
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Banjar, Budi Hendrawan, menambahkan program penurunan stunting dirancang secara berkelanjutan dan dievaluasi berkala untuk memastikan efektivitasnya.
“Setiap tahun, DPPKB menekankan kunci-kunci keberhasilan dan memperbaiki kekurangan dari evaluasi sebelumnya,” ujar Budi.
Fokus utama intervensi diarahkan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) mulai dari masa pranikah hingga anak berusia dua tahun. Program tersebut meliputi pembinaan pranikah, pendampingan pasangan usia subur, pengaturan jarak kehamilan melalui program KB, pemenuhan gizi ibu hamil, pendampingan ibu menyusui, serta pengawasan tumbuh kembang balita oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
“Semua siklus 1000 HPK itu kami dampingi. Evaluasi dilakukan setiap bulan, triwulan, hingga akhir tahun untuk menentukan sasaran yang perlu diperkuat,” jelasnya.
Budi menyampaikan bahwa capaian terbaru menjadi motivasi tambahan untuk memperkuat program yang sudah berjalan. Bahkan pihaknya menargetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen pada 2025, serta mewujudkan kondisi tanpa kasus stunting baru.
“Target 2025 turun menjadi 14 persen. Kami optimistis bisa mencapai zero stunting baru,” pungkasnya.
(Agus)


