TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasikmalaya resmi menetapkan status Siaga Darurat Hidrometeorologi hingga 31 Desember 2025. Keputusan ini diambil menyusul meningkatnya intensitas hujan serta meluasnya wilayah rawan bencana di Kota Tasikmalaya dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar Surachman, menyatakan pihaknya telah menyiagakan dua regu siaga dan satu regu on call untuk merespons berbagai potensi bencana, mulai dari banjir, tanah longsor, hingga pohon tumbang.
“Awalnya wilayah rawan hanya tersebar di empat kecamatan — Tamansari, Purbaratu, Cibeureum, dan Cihideung. Namun kini bertambah menjadi enam wilayah dengan masuknya Tawang, Indihiang, Cipedes, Mangkubumi, dan Bungursari,” ujar Ucu Anwar, Selasa (4/11/2025).
Baca Juga: Kota Tasikmalaya Jadi Langganan Banjir, DPRD Desak Pemkot Tegas Atasi Krisis Tata Kelola Lingkungan
Bentuk Satgas Bencana dan Koordinasi Lintas Dinas
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah Kota Tasikmalaya menggelar rapat koordinasi Tim Reaksi Cepat (TRC) di Balekota dan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Bencana Kota Tasikmalaya.
Satgas ini melibatkan berbagai instansi lintas sektor agar penanganan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab BPBD semata.
“Personel dan peralatan BPBD terbatas, jadi sinergitas antar-lembaga sangat dibutuhkan. Masalah sampah, misalnya, menjadi tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup, sementara drainase ditangani Dinas Pekerjaan Umum,” jelas Ucu Anwar.
Ia menegaskan, seluruh anggota WAG TRC dan Satgas Bencana terdiri dari petugas teknis lapangan yang dikoordinasikan langsung oleh BPBD untuk memastikan respon cepat di lokasi kejadian.
Dengan kolaborasi antara pemerintah daerah, lintas OPD, dan partisipasi masyarakat, harapannya dampak bencana hidrometeorologi di Kota Tasikmalaya dapat terminimalisir hingga akhir tahun.
Penyebab Banjir Bukan Hanga Karena Hujan Deras
Lebih lanjut, Ucu Anwar menyoroti banjir yang sering melanda jalan-jalan protokol di Kota Tasikmalaya penyebabnya bukan hanya oleh curah hujan tinggi, tetapi juga akibat buruknya infrastruktur dan perilaku masyarakat.
“Masalah utama bukan semata hujan, tapi saluran air dan drainase yang tersumbat oleh sampah. Banyak gorong-gorong tertutup, terutama di kawasan Tawang, Indihiang, Cipedes, Mangkubumi, dan Cihideung,” ungkapnya.
Ucu mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Terutama saluran air dan drainase, agar dapat menekan risiko genangan dan banjir.
“Peran masyarakat sangat penting. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri,” tegasnya.
(Abdul)


