CIMAHI,FOKUSJabar.id: Sebuah ikatan persahabatan lintas negara kembali terjalin melalui karya sastra. Para pelajar dari SMK Pasundan 3 Cimahi, SMK Pasundan 1 Cimahi dan Kolej Vokasional Tanjung Putri Malaysia menenun kata dalam satu karya bersama berupa buku antologi puisi bertajuk “Dari Sahabat.”
Karya-karya hasil kolaborasi pelajar dan guru dari dua lembaga vokasi berbeda negara tersebut bukan sekadar kumpulan puisi. Namun merupakan simbol eratnya hubungan kultural serta pendidikan antara Indonesia dan Malaysia.
BACA JUGA:
Prabowo Subianto Mendarat di Mesir
Kepala SMK Pasundan 3 Cimahi, Subaryo menjelaskan, kerja sama berawal dari komunikasi informal dengan para guru di Malaysia sejak tahun 2017.
Pertemuan demi pertemuan, baik di Jakarta, Bandung, Johor maupun Kuala Lumpur membuahkan hubungan akademik yang berkelanjutan.
“Sejak 2018 kami sudah mengirimkan guru-guru ke sana. Tahun lalu, kami juga mengirim 24 pelajar dan enam guru ke Johor untuk belajar selama seminggu. lalu dilanjutkan dengan kunjungan balasan dari pihak Malaysia ke Bandung,” kata Subaryo usai peluncuran di Aula Mandala Sabha Universitas Pasundan Bandung, Rabu (29/10/2025).
Menurut Subaryo, peluncuran buku antologi puisi “Dari Sahabat” merupakan kelanjutan dari kerja sama tersebut. Buku tersebut dirancang sejak Agustus dan melibatkan siswa serta guru dari kedua lembaga.
“Kami arahkan mereka menulis dengan tema Dari Sahabat dan memilih puisi-puisi terbaik. Menariknya, Kolej Vokasional Tanjung Putri adalah sekolah teknik. Jadi bagi mereka membuat puisi sesuatu yang baru. Alhamdulillah, dengan proses yang berjalan, akhirnya puisi-puisi mereka bisa dibukukan dan dibaca oleh dua bangsa,” tuturnya.
Subaryo menambahkan, momen peluncuran buku sengaja dipilih bertepatan dengan Bulan Bahasa dan peringatan Sumpah Pemuda. Hal tersebut menjadi simbol penting dalam memartabatkan bahasa Indonesia di kancah internasional.
BACA JUGA:
Prabowo Subianto Siapkan Pasukan Perdamaian
“Bahasa adalah jati diri bangsa. Melalui karya sastra, kita bisa memperkenalkan bahasa Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa persahabatan di antara generasi muda dua negara,” kata Subaryo.
Dia mengungkapkan alasan di balik proyek antologi pusi tersebut. Selain menumbuhkan rasa persahabatan, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri di kalangan siswa.
“Walaupun masih pelajar, karya mereka pantas diapresiasi di level internasional. Kami ingin menanamkan bahwa mereka kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Jika sejak dini sudah terjalin persahabatan lintas negara, maka di masa depan akan lahir kemajuan dan perdamaian bersama,” jelasnya.
Dia menegaskan, antologi “Dari Sahabat” merupakan edisi pertama dari rangkaian kerja sama sastra antara kedua negara.
Pada tahun 2026, kolaborasi akan diperluas dengan melibatkan lebih banyak lembaga pendidikan dari Indonesia dan Malaysia, termasuk perguruan tinggi.
“Saya juga mendengar beberapa universitas sudah tertarik bergabung sebagai bagian dari pengembangan keterampilan berbahasa mahasiswa dan dosen,” tutupnya.
Rektor Universitas Pasundan (Unpas), Azhar Affandi mengapresiasi atas kolaborasi tersebut. Ia menilai kegiatan tersebut tidak hanya menghasilkan karya sastra, tetapi juga memperkuat semangat kebangsaan dan persahabatan antarnegara.
“Bahasa kita serumpun. Sehingga kolaborasi ini mampu melahirkan karya brilian yang bermanfaat bagi institusi maupun masyarakat,” ucap Azhar.
Menurut Azhar, keberhasilan tersebut juga mencerminkan peran nyata lulusan program studi Bahasa Indonesia yang bernaung di bawah Paguyuban Pasundan.
Para alumni FKIP Universitas Pasundan, lanjutnya, kini banyak berkiprah di SMK-SMK Pasundan, termasuk di SMK Pasundan 3 Cimahi.
“Ide-ide seperti inilah yang mereka bawa dari kampus dan wujudkan di sekolah. Ini bukti nyata pengabdian akademisi terhadap pendidikan menengah,” jelasnya.
BACA JUGA:
Prabowo Subianto Ajak Dunia Gunakan Sains untuk Bangkit
Azhar berharap, kolaborasi semacam tersebut tidak berhenti pada satu karya saja. Dia mendorong agar sekolah terus berinovasi dengan gagasan dan karya baru yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Di era sekarang kita tidak boleh stagnan. Harus terus melakukan continuous improvement. Jadi, setelah kegiatan ini, jangan langsung puas. Mari kita cari lagi ide-ide baru yang bisa memberi manfaat bagi lembaga dan masyarakat,” pungkasnya.
Melalui “Dari Sahabat,” semangat kebersamaan dua negeri serumpun kembali mengalir dalam untaian kata.
Puisi menjadi bahasa universal yang menyatukan rasa, memperkuat jalinan persahabatan, dan menegaskan, pendidikan dan kebudayaan mampu menjembatani perbedaan demi masa depan yang harmonis.
(Alpin Septian)


