KARAWANG,FOKUSJabar.id: Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (KDM) optimistis program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan akan membawa efek berganda (multiplier effect) ekonomi bagi masyarakat.
Gubernur Jabar menyebut, program pemerintah pusat jangan hanya dilihat dari sisi permintaan (demand) rumah. Namun juga dari sisi pengembang dan ekonomi yang bergerak di sekitarnya.
BACA JUGA:
Gubernur Jabar Bayar Utang Pemkab Pangandaran Rp50 Milyar
“Rumah itu dibangun oleh siapa? Kontraktor, mandor bangunan, kuli bangunan. Ini lingkaran ekonomi yang melahirkan pertumbuhan. Kemudian ada toko bangunan, sopir pengangkut bahan, ada karyawan, UMKM,” kata KDM.
Menurut Dia, program KUR Perumahan juga akan menghidupkan dunia pertambangan.
“Pertambangannya yang memiliki izin yang baik, (materialnya) diangkut dengan angkutan memadai, tidak menimbulkan kerusakan jalan dan kecelakaan,” katanya.
Dia mengatakan, hal yang perlu diperhatikan dalam program KUR Perumahan adalah keteraturan tata ruang. Dalam memilih lokasi rumah, pengembang harus mematuhi aturan tata ruang.
BACA JUGA:
Ning Wahyu Apresiasi Komitmen Gubernur Jabar Bangun Iklim Usaha Sehat dan Berkeadilan
“Di situlah tata ruang pentingnya. Di mana wilayah pertambangan, industri, perumahan, ruang terbuka hijau. Circle ini semuanya harus jalan,” katanya.
Untuk menyukseskan program KUR Perumahan, perlu ada orkestrasi dari gubernur, bupati dan wali kota yang baik.
“Hari ini saya bangga serapan KUR Perumahan tinggi,” kata Gubernur Jabar.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait mengatakan, serapan KUR Perumahan di Jabar paling tinggi nasional.
Pihaknya mengapresiasi kinerja KDM yang mendorong dengan keras program KUR Perumahan.
“Terima kasih atas kebijakannya yang turun ke lapangan,” kata Menteri.
BACA JUGA:
Di Pangandaran, Gubernur Jabar Bicara Tentang TKD
Dia optimistis, program ini dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar perumahan.
“Satu rumah subsidi yang bekerja lima orang. Kalau ada 100 ribu saja (KUR yang masuk), ada 500 ribu orang bekerja,” tutupnya.
(Bambang Fouristian)


