CIAMIS,FOKUSJabar.id: Usai melaksanakan tugas dinas di Jakarta, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya langsung menuju Kecamatan Kawali untuk menjenguk para siswa yang diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kasus dugaan keracunan ini menimpa siswa SDN 1 Sindangsari dan MI PUI Pogorsari. Data yang diterima mencatat ada 398 siswa berisiko, dengan 14 siswa terindikasi menjadi korban.
Baca Juga: Program MBG Disorot, DPRD Ciamis Siapkan Monitoring Dapu
Di SDN 1 Sindangsari, dari 98 siswa penerima MBG, sebanyak 12 orang mengalami gejala sakit perut, pusing, dan mual. Dua siswa dinyatakan sembuh usai mendapat penanganan, sementara 10 lainnya masih dirawat intensif di Puskesmas Kawali.
Sedangkan di MI PUI Pogorsari, dari total 293 penerima MBG, dua siswa sempat dirawat di Puskesmas Kawalimukti karena keluhan serupa, namun kini sudah pulih dan dipulangkan.
Herdiat menyampaikan rasa prihatin mendalam atas musibah tersebut, terlebih karena menimpa anak-anak yang seharusnya mendapatkan manfaat gizi dari program pemerintah.
“Saya sangat prihatin dan kasihan terhadap anak-anak. Awalnya mereka sehat, setelah mengonsumsi menu MBG justru sakit. Ini tidak boleh terulang lagi,” tegas Herdiat.
Ia menekankan pentingnya Satuan Pelaksana Penyedia Gizi (SPPG) untuk disiplin dalam menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Herdiat bahkan meminta BGN turun tangan memperketat pengawasan terhadap dapur dan penyedia MBG di Ciamis.
“Penyedia MBG jangan hanya mengejar keuntungan, tapi juga harus bertanggung jawab terhadap keselamatan anak-anak penerima manfaat,” tambahnya.
Saat ini, pihak medis dan instansi terkait masih melakukan penelusuran penyebab dugaan keracunan tersebut. Pemerintah daerah memastikan pemantauan kesehatan siswa yang masih dirawat terus dilakukan hingga benar-benar pulih.
Herdiat menegaskan, program MBG sejatinya merupakan upaya pemerintah meningkatkan gizi anak sekolah. Namun, kualitas, kebersihan, dan keamanan makanan harus menjadi prioritas utama agar program benar-benar memberi manfaat tanpa menimbulkan risiko kesehatan.
(Husen Maharaja)