BANDUNG,FOKUSJabar.id: Karya pengrajin lokal kembali menorehkan prestasi membanggakan di pentas dunia. Sebuah trofi mewah hasil kolaborasi antara desainer Indonesia dan UMKM asal Boyolali menjadi simbol kemenangan di ajang bergengsi World Nishikigoi Club (WNC) yang terselenggara di Hiroshima, Jepang.
Inisiatif pembuatan trofi ini digagas oleh Hartono Soekwanto, sosok penting dalam komunitas koi Indonesia. Dengan penuh rasa bangga, Hartono menyebut trofi ini sebagai representasi keindahan, filosofi, dan kualitas karya anak bangsa.
“Trofi ini merupakan buatan pengrajin UMKM Boyolali, penyelesaian finishing-nya di Cijerah, Bandung, dan desainnya oleh Pak Heri, lulusan ITB. Semua handmade dan komunitas di Jepang sangat menghargai trofi ini,” ujar Hartono kepada media, Jumat (1/8/2025).
Baca Juga: Dari Kolam Kosong ke Juara Dunia: Kisah Inspiratif Hartono Soekwanto dan Koi Legenda Mu-Lan
Piala Pertama di Dunia Koi yang Berlapis Emas
Trofi ini istimewa karena merupakan piala pertama di dunia koi yang menggunakan lapisan emas 24 karat. Terbuat dari material tembaga dan kuningan, desainnya terinspirasi dari Piala Dunia, sebagai simbol ambisi Indonesia untuk bersaing di tingkat global.
“Piala ini benar-benar menaikkan kelas kompetisi koi di Hiroshima. Sekarang kompetisinya disebut terbaik di dunia,” tambah Hartono.

Filosofi Breeding dan Kekuatan Sentuhan Manusia
Desainer trofi, Heri Pujianto, mengungkapkan karya tersebut tak hanya indah dalam rancangannya, tapi juga sarat makna. Ia mengangkat unsur air dan sepasang ikan sebagai representasi dari semangat breeding proses berkembang biak yang membawa manfaat bagi banyak orang.
“Desain ini menggambarkan filosofi kehidupan. Tentang pertumbuhan, keberlanjutan, dan kontribusi untuk sesama,” jelas Heri.
Yang membuatnya lebih bernilai, kata Heri, adalah proses pengerjaan yang sepenuhnya pengerjaannya secara manual dengan teknik tempa, bukan produksi massal.
“Setiap bagian tersentuh oleh manusia, penuh perasaan. Pekerjanya banyak, dan membutuhkan rasa,” tuturnya.
Pembuatan satu trofi memakan waktu hingga tiga bulan, mulai dari diskusi desain, proses penempaan, hingga penyelesaian akhir. Meskipun tidak menyebutkan harga pasti, trofi ini dalam perkiraan bernilai ratusan juta rupiah.
Dari Belajar ke Menginspirasi
Prestasi ini bukan yang pertama. Sejak 2012, trofi buatan pengrajin Indonesia telah digunakan dalam berbagai ajang internasional dan terbukti memiliki kualitas tinggi. Tahun lalu, sebanyak 620 trofi dikirim ke Jepang untuk berbagai kompetisi.
“Dulu kita belajar dari Jepang soal bikin trofi. Sekarang mereka yang pakai trofi buatan kita. Ini luar biasa,” ujar Hartono dengan bangga.
Kisah sukses ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara desainer, pelaku UMKM, dan penggerak hobi mampu melahirkan karya berkualitas tinggi yang membanggakan Indonesia di mata dunia.