PANGANDARAN,FOKUSjabar.id: Di balik pesona alam Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran, terdapat sebuah lokasi penuh legenda dan spiritualitas yang masih hidup hingga kini, yakni Goa Panggung. Tempat ini dipercaya sebagai tempat semedi Embah Jaga Lautan, tokoh mistis yang diyakini sebagai anak angkat dari Nyi Roro Kidul, sang penguasa laut selatan.
Di pintu masuk goa, sebuah prasasti sederhana tertulis bahwa Embah Jaga Lautan ditugaskan oleh Nyi Roro Kidul untuk menjaga lautan, khususnya di wilayah Jawa Barat dan pantai-pantai Nusantara secara umum.
Baca Juga: Susi Pudjiastuti Tolak Keras Rencana Keramba Apung di Pantai Timur Pangandaran: “Ini Gila!”
Kisah yang diyakini masyarakat setempat menceritakan bahwa Embah Jaga Lautan memiliki tujuh istri. Namun, rumah tangganya tak harmonis karena sering terjadi pertengkaran di antara mereka. Suatu hari, istri ketujuh tak sempat dijenguk karena sang suami sibuk memancing dan hanya mendapatkan ikan tempel.
Melalui petunjuk dari Nyi Roro Kidul, Embah Jaga Lautan akhirnya mengumpulkan seluruh istrinya untuk makan bersama dengan ikan hasil pancingannya. Ajaibnya, setelah peristiwa itu, ketujuh istrinya hidup rukun.
Konon, tak lama kemudian, Embah Jaga Lautan berpamitan kepada para istrinya untuk melakukan semedi. Namun hingga waktu berlalu, ia tak pernah kembali. Dengan rasa setia dan haru, para istrinya mencari sang suami ke tempat semedi, namun hanya menemukan tempat kosong. Sebagai bentuk penghormatan, mereka membuat sebuah makam simbolik di dalam goa tersebut.
Daya Tarik Spiritual dan Budaya di Goa Panggung Pangandaran
Hingga kini, makam simbolik itu tetap ada dan menjadi bagian dari daya tarik spiritual dan budaya Goa Panggung. Meskipun tidak diketahui secara pasti kapan makam itu dibuat, keberadaannya tetap menjadi magnet bagi wisatawan, terutama saat akhir pekan dan hari libur.
“Kalau sejarah lengkapnya saya kurang tahu. Tugas saya hanya menjaga kebersihan dan keamanan goa agar tetap nyaman dikunjungi,” ujar Edwar, penjaga Goa Panggung, Selasa (8/7/2025).
Goa Panggung tidak memiliki tiket masuk khusus karena lokasinya berada dalam kawasan TWA Pangandaran. Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk kawasan, dan di depan goa tersedia kotak amal bagi yang ingin memberi sumbangan secara sukarela.
Nama “Goa Panggung” sendiri berasal dari posisi makam simbolik yang berada di atas bagian dalam goa. Sehingga tampak seperti berada di atas sebuah panggung batu. Pengunjung harus menaiki tangga untuk mencapainya, menambah nuansa sakral dan keheningan khas tempat-tempat spiritual.
Goa ini tidak hanya menyuguhkan panorama alam dan ketenangan. Tetapi juga menyimpan kisah mitologi dan kearifan lokal yang hidup dalam memori kolektif masyarakat Pangandaran.
(Sajidin)