BANDUNG,FOKUSJabar.id: Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025 di Kota Bandung kembali menuai polemik. Sejumlah orangtua siswa menyuarakan protes lantaran sertifikat kejuaraan resmi yang dibawa calon peserta didik dalam jalur prestasi justru dikategorikan sebagai sertifikat festival oleh pihak Dinas Pendidikan (Disdik).
Kekecewaan ini memuncak ketika seorang orangtua mendatangi langsung kantor Disdik Kota Bandung di Jalan Ahmad Yani, Senin (7/7/2025), untuk menyampaikan keluhan. Namun, yang terjadi justru menambah panjang daftar kontroversi, seorang oknum ASN dari bagian Humas Disdik disebut mencoba menghentikan proses peliputan oleh jurnalis yang tengah mewawancarai warga.
Baca Juga: DLH Bandung Uji Coba Teknologi Biodigester di Pasar Gedebage
Oknum tersebut bahkan terekam mempersoalkan legalitas kerja jurnalistik dan merekam aktivitas wartawan tanpa izin.
“Sangat disayangkan. Setahu saya, dia staf humas, yang tugasnya justru memberikan informasi dan menjaga citra positif instansi. Tapi ini malah membungkam jurnalis,” ujar Billy Maulana Finkran, wartawan Inews TV yang berada di lokasi, Selasa (8/7/2025).
Billy menilai, perilaku tersebut bertentangan dengan semangat keterbukaan informasi publik. Terlebih kebebasan pers sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Pembatasan terhadap peliputan publik tak hanya melanggar hukum, tetapi juga menunjukkan ketakutan institusional terhadap transparansi.
“Kasus ini menimbulkan pertanyaan serius, apakah Dinas Pendidikan Kota Bandung masih berkomitmen melayani masyarakat secara terbuka dan profesional, atau justru lebih sibuk membangun citra ketimbang memperbaiki sistemm,” ujarnya.
SPMB Kota Bandung Kerap Menuai Kritik
Billy menyampaikan, ini bukan pertama kalinya SPMB Kota Bandung menuai kritik. Setiap tahun, warga kerap mengeluhkan regulasi yang berubah mendadak. Kemudian lemahnya sosialisasi, keputusan yang tidak konsisten, hingga sikap aparat yang dinilai kurang komunikatif.
Yang lebih memprihatinkan, saat warga menyuarakan keresahan, mereka dianggap mengganggu. Ketika media mencoba menyuarakan kebenaran, justru diintervensi.
Di tengah krisis kepercayaan yang terus berkembang, publik menunggu langkah konkret dari Disdik Kota Bandung. Bukan sekadar klarifikasi atau pencitraan, tetapi perbaikan sistemik yang menyentuh akar persoalan.
“Disdik Bandung saat ini tidak hanya sedang menghadapi satu isu teknis, tapi juga ujian besar, mampukah mereka mengelola kritik sebagai masukan, bukan ancaman,” pungkas Billy.
(Yusuf Mugni)