Sabtu 1 Februari 2025

KDM: Pangandaran ke Depan Harus 3 T

PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Gubernur Jawa Barat (Jabar) terpilih, Kang Dedi Mulyadi (KDM) ingin Kabupaten Pangandaran ke depan bisa lebih berakarter. Yakni, Terlihat, Tercium dan Terdengar (3 T).

Menurut KDM, konsep Pangandaran Terlihat dari segi khas bangunan yang ada.

Oleh karena itu, Dia akan mengumpulkan ahli arsitektur untuk mendesain rumah, pagar, dapur, gapura, bangunan kantor, rumah sakit sesuai dengan keindahan alam di Pangandaran.

BACA JUGA:

Di Pangandaran, KDM Diteriaki ‘Bapak Aing’

“Ke depan kita harus punya Perda. Bentuk bangunan hotel dan losmen harus disesuaikan dengan alam di Pangandaran. Bali bisa. Kenapa kita harus kalah dengan Bali,” kata KDM saat pengukuhan Dewan Kebudayaan Daerah di Paamprokan Pangandaran, Jumat (31/1/2025) malam.

Makna terlihat juga mempunyai arti yang mendalam. Kemudian dia pun mencontohkan alasan orang muslim ingin pergi ke Mekkah. Selain menjalankan ibadah, di Mekkah mempunyai dua warna yakni hitam dan putih.

“Kenapa orang ingin berangkat terus ke Mekkah? Di situ hanya ada dua warna (hitam dan putih). Jadi Pangandaran harus punya branding arsitektur (seperti di Mekkah),” katanya.

Ke depan Kabupaten Pangandaran harus bisa tercium wangi khasnya.

“Turun ke Bali bukhur (dupa) tercium wanginya. Ingat terus ingin balik lagi ke Bali. Ingat kepada perempuan/laki-laki inget minyak wanginya,” kata KDM.

Sebetulnya, orang yang membakar dupa itu bukan untuk mengundang setan. Tetapi sedang mengeluarkan aroma terapi.

“Oleh karena itu, semua hotel di pangandaran harus pasang aroma terapi. Dinyalakan dupa-nya di setiap sudut supaya tertiup angin. Nanti wanginya tercium. Dengan begitu ingin kembali lagi ke Pangandaran,” jelasnya.

KDM ingin Pangandaran terdengar karena suara gamelan khas Pangandaran. Hal itu supaya wisatawan rindu akan suara khasnya (terngiang-ngiang).

BACA JUGA:

Ini Pesan KDM untuk Dewan Kebudayaan Pangandaran

“Kenapa rindu ingin ke Mekkah? Karena rindu dengan suara ngajinya. Jadi terngiang-ngiang,” katanya.

Maka ke depan Pangandaran memasang sound musik di setiap penjuru dan memainkan gamelan di setiap hotel. Bahkan setiap hotel ada tukang gamelan.

“Jadi nantinya rindu. Nah ke depannya yang jaga di sini jangan pakai baju Satpol PP. Tapi pakai Pangsi dan ikat kepala seperti Pacalang di Bali,” ujarnya.

Untuk kaum Hawa harus mengenakan Kebaya. Termasuk dengan pelayan hotel.

“Nah kalau sudah begitu, nantinya siklus ekonomi lokal akan hidup. Tukang jahit kebaya ada pekerjaan, tukang tenun, tukang ikat termasuk dengan tukang Gambang bisa hidup tidak perlu nunggu proyek dari Dinas pariwisata,” jelasnya.

(Sajidin/Bambang Fouristian)

Berita Terbaru