PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Mahasiswa KKN Litera Kelompok-04 STITNU Al-Farabi Pangandaran berhasil mengungkap hari lahirnya Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat Kamis, (5/9/2024).
Kegiatan monumental ini berhasil membuka tabir yang selama ini terkubur sekitar satu abad lebih. Kini Desa Bojong berhasil ditetapkan pada Minggu, 17 Juli 1870 artinya usia saat ini sekitar 154 tahun.
Baca Juga: Ini Penyebab Petani di Kecamatan Pangandaran Kekeringan
Awal terkuaknya sejarah tersebut, para mahasiswa menggelar Simposium dan Diskusi Panel bertema Menggali Sejarah dan Penetapan Hari Lahir Desa Bojong beberapa hari lalu di Aula Desa setempat.
Para tokoh agama, masyarakat setempat, sesepuh desa, hingga pemuda dan ormas setempat hadir dalam acara tersebut. Kehadiran mereka menjadi saksi penting perjalanan panjang Desa Bojong dalam menelusuri jejak sejarah.
Kepala Desa Bojong, Koko Kovandi, mengungkapkan rasa bangga dan syukurnya atas terselenggaranya acara ini.
“Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa KKN Litera STITNU Al-Farabi Pangandaran yang telah membantu kami menggali dan menetapkan hari lahir Desa Bojong yang selama ini masih menjadi teka-teki. Akhirnya sekarang kami bisa merayakan hari jadi desa Bojong,” ucap Koko dengan penuh haru.
Apresiasi Untuk Mahasiswa STITNU Al-Farabi
Hal serupa di sampaikan ketua adat Kabupaten Pangandaran Dr. Erik Krisna Yudha, dan Praktisi Budaya terkemuka, Kang Didin Jentreng.
Keduanya mengapresiasi atas inisiatif mahasiswa yang berani mengangkat tema krusial ini.
“Kami berharap akan menjadi tonggak penting dalam pelestarian budaya lokal,” kata keduanya.
Ketua STITNU Al-Farabi Pangandaran, Dr. Dasep Supriatna Ubaidillah turut berikan hal yang sama dalam sambutannya. Menurutnya acara ini tidak hanya sebagai penetapan sejarah saja.
“Tapi sebagai dorongan bagi Desa Bojong untuk terus maju dalam berbagai sektor, termasuk sosial budaya, ekonomi, dan pariwisata,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Pelaksana kegiatan Wildan Mubarok menyatakan bahwa simposium ini bukan sekadar acara akademik, namun sebuah upaya nyata untuk mempertahankan warisan budaya yang berharga.
“Kami tidak ingin menyesatkan sejarah, melainkan melestarikannya. Dengan adanya simposium ini, kami berharap Desa Bojong bisa merayakan hari jadinya dengan bangga,” tutur Wildan.
(Sajidin/Irfansyahriza)