BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media kembali mempersembahkan Jack True Dream Service (JTDS) 6.0 Seri Riposte.
Pagelaran ini bukan hanya sekedar hiburan namun, juga merupakan pertunjukan audio visual eksploratif berbasis teknologi digital yang bertujuan menyoroti isu-isu lingkungan hidup.
BACA JUGA:
TPD: Ganjar-Mahfud Bisa Menang 40 Persen di Jawa Barat
Hal tersebut di katakan Direktur Perfilman, Musik, dan Media Ahmad Mahendra saat di temui awak media di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Sabtu malam (23/12/2023).
Menurutnya dalam pengembangan persiapan pagelaran ini tidak hanya melibatkan interkasi manusia sebagai aktor utama. Akan tetapi melibatkan objek-objek visual yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi lingkungan hidup sekarang.
“Pertunjukan JTDS 6.0 seri Riposte bernilai penting yang diharapkan melalui kreativitas seni silang media mampu membuka sudut pandang manusia dari berbagai generasi tentang perubahan lingkungan dan bumi serta dampaknya,” Tuturnya.
Selain itu dirinya menambah JTDS 6.0 seri Riposte ini akan lebih tonjolkan pengalaman audio sebagai unsur artistik utama.
BACA JUGA:
Penyandang Disabilitas Minim Perhatian Pemkot Tasikmalaya?
“Diharapkan melalui kreativitas seni silang media mampu membuka sudut pandang manusia dari berbagai generasi tentang perubahan lingkungan dan bumi serta dampaknya,” kata Mahendra.
Dirinya menjelaskan, pertunjukan silang media JTDS 6.0 telah lama dipertontonkan sejak tahun 2015 sampai saat ini.
“JTDS 6.0 seri Riposte diharapakan sukses seperti JTDS seri-seri sebelumnya dalam menyuarakan isu-isu lingkungan hidup,” jelasnya.
Ditemui di tempat yang sama Sang Sutradara Deden Jalaludin Bulqini berharap
pertunjukan ini dapat meberikan pesan kepada para penonton tentang isu-isu lingkungan hidup.
“Mudah-mudahan dari pertunjukan ini mendapatkan pesan bahwa kita respect kepada lingkungan,” harapnya.
Selain itu dirinya menyampaikan bahwa teater JTDS 6.0 dibuatnya sejak tahun 2019 pada saat masa pandemi Covid-19. Dia mencoba membuat robot sebagai mediasi dengan diri pribadi.
Dari hasil mediasinya itu, maka tercipta sosok Jack (robot) yang berasal dari material-material sampah seperti pipa plastik dan limbah-limbah kabel, yang kemudian menjadi gagasan besar tentang masalah lingkungan.
Lebih lanjut, dia menerangkan bahwa Jack adalah representasi dari beberapa mesin-mesin gigantis, penghancur tanah, penghancur pohon dan lain sebagainya.
Jack ini, kata Deden, adalah pribadi yang keluar dari mesin-mesin besar tersebut yang kemudian berbicara tentang bagaimana pendahulunya merusak lingkungan.
“Ini adalah kilas balik dari apa yang pernah dilakukan Jack, terus dia flashback menceritakan masa lalunya, bagaimana tanah-tanah, ekosistem kita juga dihancurkan,” tandasnya.
(Anthika Asmara)