GARUT,FOKUSJabar.id: Krisis Literasi di Indonesia. Persoalan membaca sudah masuk ke rumusan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari jumlah 443.939 sekolah di Indonesia, jumlah perpustakaan sekolah yang berdiri hanya 199.597 unit. Lebih miris lagi, jumlah tenaga perpustakaan sekolah baru ada 54.763 orang.
Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah menguraikan setidaknya ada empat kesenjangan di perpustakaan sekolah.
Pertama, pemahaman dan keterampilan yang pengusaha perlukan untuk beroperasi secara efektif dalam lingkungan digital.
Kedua, tidak semua tenaga perpustakaan sekolah memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008.
Ketiga, masih banyak guru yang merangkap tenaga perpustakaan sekolah.
“Dan keempat, soal ketidakjelasan status kepegawaian tenaga perpustakaan sekolah,” urainya pada talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Universitas Garut, Sabtu, (1/12/2023).
Selain keempat faktor yang dianggapnya sebagai kesenjangan di perpustakaan sekolah, Ferdiansyah kembali mengingatkan enam literasi dasar yang mutlak masyarakat miliki, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewarganegaraan.
Ferdiansyah lantas menyoroti kebiasaan orang Indonesia yang sanggup menatap layar 5-7 jam per harinya tapi sulit untuk membiasakan membaca buku.
“Mungkin, di level sekolah harus ada peraturan jika ingin lulus sekolah harus merangkum buku,” saran Ferdi.
Pendidikan sejatinya menghasilkan bangsa yang cerdas. Tidak semata mengandalkan lembaga sekolah. Rumah juga harus menyentuh pendidikan.
“Indikator bangsa yang cerdas tampak dari kesejahteraannya,” ucap Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando.
Namun, parameter cerdas bukan hanya pandai tetapi juga dari karakter, sopan santun, kejujuran, etos kerja. Jika ingin menjadi pemenang, jadilah negara produsen.
Baca Juga: Perpustakaan Nasional Dukung Pembangunan Berkelanjutan dan Literasi di Kabupaten Garut
“Tanpa kontribusi pendidikan, perubahan ekonomi tidak akan bisa jalan,” terang Syarif Bando.
Di Kabupaten Garut, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Garut, Totong, mengatakan pihaknya juga memiliki tantangan yang tidak ringan.
Sebagai perpustakaan umum, perpustakaan umum sedang bertransformasi menjadi wadah repositori pengetahuan nasional, market place, co-working space, inisiator digital publishing, dan inklusi sosial.
Sementara itu, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IPI Garut Asep Nurjamin mengatakan literasi digital adalah pemahaman dan keterampilan yang pengusaha perlukan untuk beroperasi secara efektif dalam lingkungan digital.
Perlu diperhatikan beberapa kata kunci ketika mengenal dan memahami literasi digital, seperti advertising, personal selling, interactive marketing, dan sebagainya
“Dalam literasi digital ada hal-hal yang wajib diperhatikan, antara pemahaman platform digital, keamanan digital, pemasaran digital, e-commerce, analisis data, inovasi teknologi, kolaborasi, dan keterampilan soft digital,” pungkas Asep.
(Erwin)