CIAMIS,FOKUSJabar.id: Mengmleng adalah seni tradisional warga Desa Winduraja Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Jabar).
Hingga kini, kesenian Mengmleng masih lestari. Bahkan kerap ditampilkan pada momen-momen tertentu.
Menampilkan Mengmleng tidak sembarangan. Para pelaku seni tersebut harus melakukan ritual terlebih dahulu agar berjalan lancar tanpa ada gangguan apapun.
BACA JUGA:
Babi Hutan Serang Warga Sindangsari Ciamis
Demikian dikatakan salah seorang keturunan pembuat kesenian Mengmleng, Rd Enda Juanda. Menurut Dia, sebelum tampil (pentas) harus diadakan ritual (nyuguh) dengan sesaji lengkap.
Di antaranya, menyediakan kelapa muda hijau, congcot, surutu, rokok gudang garam merah dan bunga tujuh rupa.
“Sesaji itu disiapkan sebelum pentas,” ungkapnya.
Enda mengatakan, pelaku seni Mengmleng tidak mau pergi ke lokasi pentas jika tidak dilaksanakan ritual terlebih dulu.
“Jika lupa memberikan sesaji, Mengmleng ini tidak akan masuk saat dinaikan ke atas kendaraan. Mengmleng terkesan melar melebihi ukuran kendaraan yang akan membawanya,” jelas Dia.
Dia menjelaskan, Mengmleng merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang. Terbuat dari kayu Kaboa ratusan tahun yang lalu.
BACA JUGA:
Hewan Ternak Milik Warga Lumbung Ciamis Dimangsa Macan Tutul
“Tubuh Menglmeng Saya yang buat. Kepalanya dari tunggul kayu Kaboa yang berumur ratusan tahun. Saya tidak tahu kapan dibuat dan siapa pembutnya,” terang Dia.
Berdasarkan cerita dari nenek moyangnya, Kepala Mengmleng yang saat ini masih terawat baik, konon putra Raja Sakti anak dari Eyang Maharaja Kawali yang mau disunat. Dia mempunyai permintaan ingin menunggangi Harimau.
Konon setelah mendapat permintaan anaknya, sang Maharaja pergi ke daerah Sancang Garut untuk memenuhi permintaan anaknya.
Singkat cerita, sang Maharaja tiba di Leuweung Sancang dan mengutarakan niatnya membawa Harimau untuk tunggangan anaknya saat akan disunat.
“Konon penguasa Leuweung Sancang mendapat permintaan dari Maharaja Kawali memberikan tunggul kayu Kaboa,” tuturnya.
Sang Maharaja Kawali kembali lagi ke Kerajaan Galuh Kawali dengan membawa tunggul kayu Kaboa.
“Konon dari kayu Kaboa itu muncul Harimau sehingga Raja Sakti bisa menaiki Harimau itu sebagai tunggangannya saat akan disunat,” ungkapnya.
(Husen Maharaja/Bambang Fouristian)