CIAMIS,FOKUSJabar.id: Umat-umat Gereja Katolik Santo Yohanes Kabupaten Ciamis berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam.
Mereka tampil dalam kolaborasi budaya dengan komunitas gamelan muslim Ki Pamanah Rasa dalam kegiatan Talkshow bertema ‘Balad Sejagad’.
BACA JUGA: PKS Ciamis Bentuk 2 Dewan untuk Menangkan Pemilu 2024
Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Pusat Pembelajaran Terpadu (PPT) MAN 1 Darussalam Ciamis ini digagas oleh para siswa program keagamaan dan diikuti oleh para siswa dari kelas X hingga kelas XII.
Hadir untuk membuka kegiatan itu Pimpinan Ponpes Darussalam Ciamis, Fadlil Yani Ainusyamsi (Kang Icep) dan Kepala MAN 1 Darussalam Ciamis, Idan Nurdiana.
Menurut Ketua Panitia, Dzaky Diyani Alfawaz, Talkshow Balad Sajagad diselenggarakan sebagai upaya untuk membumikan nilai-nilai moderasi beragama dalam diri para peserta didik serta membentuk profil pelajar yang Rahmatan lil Alamin.
Nuansa moderasi beragama terasa kuat ketika panitia menghadirkan narasumber dari kalangan non-Islam.
Dua orang Pastur Gereja Katolik (Romo Mikael dan Romo Gatot) hadir sebagai narasumber bersama dengan Sumadi dan Deni WJ dari pegiat Sakola Motékar.
BACA JUGA: Peringatan Hari Hubnas, Dishub Ciamis Buktikan Pelayanan untuk Masyarakat
Tidak hanya itu, talkshow juga dimeriahkan dengan penampilan kolaborasi lintas iman antara kelompok Angklung Silih Asih dari Gereja Katolik dan Gamelan Ki Pamanah Rasa yang notabene anggotanya beragama Islam.
“Semua ini untuk mewujudkan nilai-nilai moderasi beragama dalam diri para peserta didik serta membentuk profil pelajar yang Rahmatan lil Alamin,” ucapnya.
Romo Gatot menjelaskan, kegitan ini sangat bagus. Terlebih mengusung tema Moderasi Beragama.
“Kita diundang untuk memberikan wawasan sekaligus bisa dibilang bukti praktek nyata dari moderasi beragama yang kami bawa. Penampilan seni budaya kolaboratif antara angklung silih asih dari gereja santo Yohanes ciamis bersama dengan gamelan ki pamanah rasa” ucap Romo Gatot.
Gatot mengatakan, kegitan ini merupakan wujud atau pengaplikasian kolaborasi. Artinya, setiap pihak dalam perbedaan itu mau berkontribusi yang bisa menghasilkan kerukunan antaragama.
“Tanggapan BNPT zona merah selama ini yang kita upayakan daripada seperti tadi salah satu narasumber daripada menutupi kegelapan lebih baik kita menyalakan lilin, jadi mungkin untuk langsung melawan atau menangkal kita tidak bisa, tapi yang bisa kita lakukan ya ini menyalakan lilin lilin supaya orang semakin terang mana yang baik mana sih yang tidak baik,” tutupnya.
(Budiana Martin/Anthika Asmara)