BANDUNG,FOKUSJabar.id: Pelaksanaan babak kualifikasi PON XXI cabang olahraga sepatu roda sudah selesai digelar di dua lokasi, 23-28 Agustus 2023. Tim sepatu roda Jawa Barat berhasil memboyong 5 medali emas, 4 perak, dan 5 perunggu.
Sebanyak 3 medali emas, 4 perak, dan 4 perunggu diraih tim sepatu roda Jabar dari babak kualifikasi PON XXI nomor speed yang dilaksanakan di komplek stadion Jatidiri, Semarang, Rabu-Jumat (23-25/8/2023). Sedangkan 2 medali emas dan 1 perunggu diraih dari nomor freestyle/aggresive yang digelar di Sleman Yogyakarta, Sabtu-Minggu (26-27/8/2023).
Dua medali emas dari nomor freestyle/aggresive disumbangkan dari nomor classic slalom putra dan putri. Yakni atas nama Kresnadea Saraga asal Kota Bandung di kelompok putra dan Fahra Azqyanka asal Kabupaten Bekasi di kelompok putri. Kresnadea Saraga pun meraih medali perunggu dari nomor Battle Slide.
“Alhamdulillah, target medali emas pada babak kualifikasi PON XXI di nomor freestyle bisa tercapai yakni dua medali emas,” kata Ketua Umum Pengprov Porserosi Jabar, Erry Sudrajat saat ditemui di gedung KONI Jabar, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Kamis (31/8/2023).
Dengan tambahan dua medali emas dan satu perunggu, lanjut Erry, sepatu roda Jabar berhasil memboyong 5 medali emas, 4 perak, dan 5 perunggu dari pelaksanaan babak kualifikasi PON XXI. Pencapaian tersebut diluar prediksi pihaknya karena beberapa kendala selama pelaksanaan latihan menghadapi babak kualifikasi tersebut.
“Ini di luar prediksi sebenarnya, kami sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Atlet tidak bisa berlatih maksimal selama persiapan menuju babak kualifikasi karena sarana lintasan sepatu roda di Saparua Kota Bandung sudah rusak dan tak layak sehingga tidak bisa dipakai. Kami berharap ada perhatian dari pihak terkait agar prestasi ini bisa dipertahankan untuk PON XXI nanti,” kata Erry.
Erry mengaku sangat miris dengan sarana prasarana sepatu roda di Jabar khususnya di Bandung. Bahkan satu-satunya lintasan sepatu roda di Saparua Kota Bandung yang merupakan venue PON XIX terancam alih fungsi. Bahkan saat ini, lintasan sepatu roda di kawasan Saparua Kota Bandung itu lebih sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan komersil yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
“Di Bandung sudah sangat sulit mencari lokasi berlatih untuk mencetak alet-atlet sepatu roda handal. Kalau dulu, kita punya lintasan di Saparua sebagai warisan PON XIX dan menjadi kebanggan kami. Tapi sekarang sudah sangat sulit karena lintasan yang rusak tak kunjung diperbaiki bahkan digunakan tidak sebagaimana mestinya sesuai peruntuntukkan seperti untuk senam, pameran, hingga acara-acara lain diluar olahraga,” Erry menuturkan.
Sebagai akibat sering digunakan untuk kegiatan yang tidak sesuai peruntukkan, kata Erry, kondisi lintasan sepatu roda Saparua Kota Bandung pun semakin rusak. Kondisi tersebut banyak disayangkan provinsi lain apalagi jika dialihfungsikan bukan sebagai sarana olahraga sepatu roda.
“Rekan-rekan kami dari provinsi lain banyak yang menanyakan terkait kondisi (lintasan) Saparua dan menyanyangkan apalagi jika dialihfungsikan. Lintasan tersebut meruapakan bagian sejarah bagi sepatu roda Indonesia, tidak hanya digunakan untuk pertandingan PON XIX tahun 2016 tapi juga pernah menjadi lokasi pemusatan latihan timnas sepatu roda Indonesia menuju Asian Games 2018 di Palembang dan menjadi juara umum,” kata Erry.
(Ageng)