BANDUNG,FOKUSJabar.id: Seorang perempuan Thailand, Sararat Rangsiwuthaporn, dikabarkan membunuh sedikitnya 14 orang menggunakan racun sianida. Ia disebut sebagai pembunuh berantai terparah di Negara Gajah Putih itu.
Pada Jumat (30/6/2023), polisi Thailand mengatakan mereka telah menyelesaikan penyelidikan terhadap Sararat yang mantan istri seorang pejabat polisi senior di Thailand.
Sararat ditangkap pada April, setelah banyak keluarga korban mengajukan laporan.
Rangsiwuthaporn diyakini telah mencuri atau meminjam uang dari hampir semua korbannya, sebelum kemudian mencampurkan sianida ke dalam makanan mereka sepanjang 2015 hingga 2023. Salah satu korbannya selamat.
Namun kata polisi, Sararat membantah membunuh para korban tetapi mengaku menggunakan sianida.
Sianida merupakan bahan kimia mematikan yang dapat membuat sel-sel tubuh kekurangan oksigen, yang kemudian menyebabkan serangan jantung. Gejala awal keracunan termasuk pusing, sesak napas, dan muntah.
Reuters memberitakan, wakil kepala polisi Surachate Hakparn menyebut kasus itu bersejarah dan mengatakan akan diteruskan ke kejaksaan pada Jumat malam.
“Thailand pernah memiliki pembunuh berantai sebelumnya, tetapi jumlah kematiannya tidak setinggi ini,” katanya dalam konferensi pers.
“Bahkan Jack the Ripper dari Inggris tidak membunuh sebanyak ini,” tambahnya, melansir IDN.
Surachate mengungkapkan bahwa wanita berusia 36 tahun itu menghadapi 80 dakwaan termasuk peracunan sianida, pemalsuan, pencurian, dan pembunuhan berencana, yang dapat membuatnya terancam hukuman mati.
Pihak berwenang mengatakan aksi kejahatan yang dilakukan Sararat dimotivasi oleh uang. Dia juga disebut telah kecanduan judi online. Mengutip DW, wanita tersebut diyakini telah menipu para korbannya hingga lebih dari 140 ribu dolar AS (sekitar Rp2 miliar).
Polisi mengatakan Sararat akan mencari teman dari kalangan orang kaya dan berusaha mendapatkan kepercayaan mereka, sebelum kemudian mengundang mereka untuk makan atau jalan-jalan. Korban diketahui berusia 33-45 tahun.
“Dia meminta uang kepada orang-orang yang dia kenal karena dia memiliki banyak hutang kartu kredit… dan jika mereka meminta uang mereka kembali, dia mulai membunuh mereka,” kata Surachate pada konferensi pers bulan lalu, dikutip dari BBC.
Sararat diyakini membunuh korbannya dengan menyelipkan pil sianida ke dalam makanan dan minuman mereka, atau menawarkan pil tersebut sebagai obat herbal.
Awal pekan ini, Sararat mengalami keguguran di penjara, di mana dia ditahan tanpa kemungkinan jaminan. Polisi membantah keguguran itu terkait dengan interogasi.
Pembunuhan dilaporkan terjadi di delapan provinsi, sebagian besar di barat Bangkok. Sararat ditangkap pada 25 April, dua minggu setelah seorang temannya yang kaya raya meninggal saat dalam perjalanan bersamanya.
Melansir BBC, Siriporn Khanwong ambruk di tepi sungai di provinsi Ratchaburi, setelah bepergian bersama Sararat untuk mengikuti ritual Buddha. Ponsel, uang, dan perhiasannya hilang ketika dia ditemukan dan hasil otopsi menemukan jejak sianida di tubuhnya.
Ibu korban yang curiga lantas melapor ke polisi. Petugas juga menemukan sebotol sianida di rumah Sararat ketika dia ditangkap.
(Agung)