JAKARTA,FOKUSJabar.id: Kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat masih meninggalkan misteri. Bahkan ada dugaan keluarga ini menganut keyakinan yang menyimpang yakni apokaliptik.
Lantas apa itu apokaliptik? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, adalah bersifat apokalips: agama bergabung dengan rasialisme sehingga menumbuhkan sikap serta perilaku yang apokaliptik.
Apokaliptik juga berkaitan pada keyakinan dengan kehancuran atau kiamat.
Buku The Oxford Handbook of the Abrahamic Religions yang dilansir secara daring menjelaskan, apokaliptisisme adalah keyakinan agama bahwa akhir dunia sudah dekat, bahkan dalam masa hidup seseorang.
BACA JUGA: Bareskrim Ungkap Peran Tersangka Net89 yang Tewas Kecelakaan
Keyakinan ini biasanya disertai dengan gagasan bahwa peradaban akan segera berakhir dengan gejolak, karena semacam peristiwa global yang membawa bencana.
Keyakinan ini adalah salah satu aspek eskatologi dalam agama-agama tertentu, bagian dari teologi yang berkaitan dengan peristiwa akhir sejarah dunia, atau tujuan akhir umat manusia.
Ensiklopedia Britannica mencatat, apokaliptisisme muncul dalam agama Zoroastrianisme.
Keyakinan ini mengacu pada pandangan dan gerakan eskatologis Barat yang berfokus pada wahyu samar tentang campur tangan Tuhan yang tiba-tiba, dramatis, dan dahsyat dalam sejarah, penghakiman semua manusia, dan pemerintahan umat pilihan bersama Tuhan di langit dan bumi yang diperbarui.
Dalam keyakinan ini, kiamat dipercaya sebagai ramalan meski pandangan terkait kiamat juga ada dalam ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam.
Britannica juga menjelaskan, sastra apokaliptik merupakan genre sastra yang meramalkan peristiwa bencana alam, yang diilhami secara supernatural dan akan terjadi di akhir dunia.
Juga mengungkapkan pandangan pesimis tentang masa kini, dan memperlakukan peristiwa akhir sebagai hal yang sudah dekat.
Sebelumnya, Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Maliala menduga, satu keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat, memiliki keyakinan menyimpang. Mereka diduga punya kepercayaan bahwa kelaparan bagian dari kesempurnaan hidup.
“Keempatnya adalah penganut keyakinan menyimpang tentang hidup setelah mati. Tindakan melaparkan diri adalah bagian untuk mencapai kesempurnaan hidup,” kata Adrianus, seperti dilansir IDN, Senin (14/11/2022).
Adrianus menduga mereka tewas bukan karena kelaparan. Dia menilai, mereka sengaja melaparkan diri.
Adrianus juga tidak menutup dugaan satu keluarga yang tewas itu menganut paham apokaliptik atau akhir dunia. Salah satu cirinya adalah menutup diri dari lingkungan.
(Agung)