TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Menjelang hari angklung sedunia minat masyarakat terhadap seni yang merupakan asli dari Jawa Barat ini masih kurang peminat.
Padahal kesenian khas Jawa Barat ini sudah diakui oleh UNESCO pada tahun 2010. Angklung masuk dalam “Warisan Budaya Takbenda” atau “Representative List Of Intangible Cultural Heritage Of Humanity. Tentu, sudah menjadi kewajiban generasi muda untuk melestarikannya.
Ketua pelaksana Workshop SenAng (Seni Angklung) Riki Muhammad Hamzah mengatakan, untuk meningkatkan minat seni angklung di generasi muda pihaknya melakukan Dari roadshow ke sekolah-sekolah, menggelar pagelaran calung renteng, komunikasi lintas komunitas seni dan budaya, Workshop Angklung dan rangkaian kegiatan lainnya untuk menyambut kegiatan Angklung Day.
“Menyambut hari angklung se-Dunia kami sudah melakukan berbagai kegiatan agar generasi mudah bisa meminati seni ini,” kata Riki pada Kegiatan workshop Angklung yang dilaksanakan Yayasan Asta Mekar yang bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek melalui program Dana Indonesian.
“Kegiatan ini dilakukan menimbang minimnya minat Peserta Didik dan Perhatian Pemerintah di Tasikmalaya terhadap kesenian angklung.” katanya, Rabu (2/11/2022).
Pasca pandemi Asta Mekar kembali melaksanakan rangkaian kegiatan. Melalui sejumlah program kerja berkala tersebut diharapkan dapat secara masif menumbuhkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap budaya untuk generasi muda, khususnya seni musik bambu.
“Alhamdulillah peserta workshop yang hadir pada kesempatan ini sebanyak 50 orang yang didominasi oleh mahasiswa dan mahasiswi dari universitas di sekitar Tasikmalaya” ungkap Riki.
Workshop SenAng dilaksanakan selama dua hari pada Sabtu dan Minggu tanggal 29-30 Oktober 2022. Adapun materi yang disampaikan pada kegiatan Workshop SenAng mengenai Angklung disampaikan oleh Yudhistira Rejki Firdaus.
Mengenai sejarah angklung, cara bermain angklung, tangga nada pada angklung, nomor angklung dan cara pendistribusian angklung dalam suatu pagelaran.
Kemudian materi tentang Spirit Kebudayaan disampaikan oleh narasumber dari Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya Budi Riswandi. Terkait kondisi kehidupan hari ini, dimana manusia tengah dijajah oleh informasi yang tersebar di media sosial secara masif dan tajam.
Pada kesempatan tersebut Budi menyampaikan, kegiatan seperti ini seharusnya lebih sering digunakan agar generasi muda atau kaum milenial minimal ikut andil dalam pelestarian angklung itu sendiri.
Peserta workshop SenAng (Seni Angklung), Abiyan Septian Syah mengaku sangat antusias dengan adanya kegiatan workshop SenAng.
“Kami semakin tersadar betapa banyak nilai-nilai penting yang kami bisa didapatkan dari bermain angklung,” kata Abiyan yang juga sebagai Ketua Sanggar Seni Katumbiri Universitas Siliwangi (Unsil).
Sementara itu Ketua Yayasan Asta Mekar Tomi Ahmad Saputra selaku mengungkapkan, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kesesuaian dengan makna Angklung yaitu “Buana Nyungcung (Mengingat Sang Pencipta), Buana Panca Tengah (Keselarasan Harmoni dan Keseimbangan) dan Buana Larang (Pijakan dan Pedoman)”.
“Hasil yang diharapkan dari tujuan kegiatan SenAng ini masyarakat tasikmalaya khususnya dan umumnya Indonesia menjadi “Sadar, Mau, Mampu, Bertahan dan Berkembang” untuk Kemajuan Kebudayaan Indonesia,” kata Tomi.
(Irfansyah Riza/Anthika Asmara)