Kamis 12 Desember 2024

Rupiah Berpeluang Menguat Hari ini

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, Rupiah berpotensi menguat pada perdagangan Senin (1/18/2022).

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.810 hingga Rp 14.860,” kata Ibrahim, jumat (29/7/2022).

Sebelumnya, perdagangan Jumat (29/7/2022) Rupiah ditutup menguat 87 poin walaupun sempat menguat 90 poin di level Rp 14.834.

Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya Rupiah berada di posisi 14.921.

Secara internal, rupiah dipengaruhi Bank Sentral AS menaikan suku bunga acuan sebesar 75 bps, sedangkan ekspektasi sebelumnya di 100 bps.

Tren kenaikan suku bunga di bulan berikutnya kemungkinan tidak seagresif bulan-bulan sebelumnya sehingga pasar finansial sedikit stabil dan kembali tenang.

Dua tahun pandemi berlalu, pemulihan ekonomi kembali terjadi. Meski terkena disrupsi akibat COVID-19 varian delta dan Omicron, ekonomi Indonesia tetap bergerak menanjak.

BACA JUGA: Teror Resesi Global, Saham Raksasa di RI Anjlok!

Namun, Ibrahim mengatakan, dunia di luar Indonesia tidak baik-baik saja. Terjadi inflasi karena disrupsi supply tidak bisa menutupi permintaan yang melonjak tinggi akibat adanya normalisasi.

“Normalisasi terjadi setelah pandemi bisa dikelola dengan ditemukannya vaksin di berbagai negara, terutama AS, Eropa, Rusia dan China,” kata dia, seperti dilansir Liputan6.

Di saat inflasi melonjak orang sudah mulai bergerak beraktivitas, tapi sisi pasokan supply side tidak. Dalam kondisi seperti ini Indonesia muncul sebagai kekuatan baru di mana negara-negara di dunia mengalami masalah ekonomi.

Hal ini sesuai dengan perkiraan dari IMF, Bank Dunia maupun ADB yang memprediksi ekonomi Indonesia pada 2022 di atas 5,2 persen.

“Indonesia jangan senang dulu atas perkiraan ekonomi yang bagus, namun ini merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah agar bekerja lebih keras dan bisa membuktikan apa yang di prediksi oleh IMF, Bank Dunia dan ADB bisa terealisasi dan terbukti,” katanya.

Sementara itu, dolar AS turun ke level terendah enam minggu terhadap mata uang lainnya pada Jumat, mengikuti penurunan hasil Treasury, setelah data menunjukkan ekonomi AS berkontraksi lagi pada kuartal kedua.

Hal ini memicu spekulasi Federal Reserve tidak akan menaikkan suku secara agresif seperti yang diperkirakan sebelumnya.

(Agung)

Berita Terbaru

spot_img