CIAMIS,FOKUSJabar.id: Patilasan Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rajawahana (Ceker Kijang) yang berlokasi di ketinggian Bukit Dusun Cirikip Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis Jawa Barat (Jabar) pada malam-malam tertentu kerap didatangi peziarah.
Di tempat itu, para peziarah tawasulan meminta kepada Allah SWT agar semua hajatnya terkabulkan.
Konon, Patilasan Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rajawahana merupakan tempat ngahiangnya (Moksa) sang Prabu ke kahiyangan untuk menyusul Prameswarinya yang terlebih dahulu menuju Kahiyangan.
BACA JUGA: Ridwan Kamil: PTM di Jabar Sesuai Instruksi Pusat
Menurut tokoh masyarakat Desa Cinyasag, Asep Gumelar, konon menurut cerita orangtua dari mulut ke mulut, waktu itu Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rajawahana meminta sang Prameswarinya untuk membuat baju kebesaran kerajaan untuk dipakainya.
“Sebelum Prameswarinya membuat baju kebesaran itu, Raja menitahkan agar setelah selesai membuatkan baju langsung diberikan kepadanya jangan dicoba terlebih dahulu oleh istrinya itu,” katanya.
Asep menuturkan, setelah mendapat titah dari Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rajawahana untuk membuat baju kebesaran, selanjutnya Prameswari melaksanakannya di ruangan saung khusus.
“Setelah beberapa waktu, Prameswari pergi ke ruangan khusus untuk mengerjakan pembuatan baju kebesaran. Sang Prabu menunggunya di istana kerajaan,” tuturnya.
Asep mengatakan, setelah beberapa hari menunggu Prameswarinya belum juga datang untuk menyerahkan baju kebesaran itu, maka Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rajawahana beserta beberapa prajurit pilihannya mendatangi ruangan khusus di mana Prameswarinya sedang membuat baju tersebut.
“Setelah sampai di tempat, Sri Baduga Maharaja berteriak-teriak memanggil istrinya. Namun tak menyahutnya. Akhirnya pintu masuk ruangan didobraknya. Alahkah kagetnya saat pintu berhasil didobrak di dalam ruangan yang dilihat bukan istrinya tapi seekor Kijang. Rupanya Premaswari melanggar titah Raja untuk tidak mencoba baju itu,” kisah Asep.
Asep mengisahkan, saat Raja Sri Baduga Maharaja Rajawahana mendobrak pintu, Kijang yang ada di dalam ruangan langsung melarikan diri.
“Kijang itu lari menapaki bebatuan di hutan dan selanjutnya naik ke akar pohon tinggi dan melesat ke langit,” terangnya.
Asep menambahkan, mendapati Prameswarinya ngahiang maka Sri Baduga Maharaja Rajawahana pun bersemedi di tempat tersebut dan tidak lama kemudian Raja menghilang untuk menyusul istrinya ke kahiyangan.
“Di batu tempat ngahiangnya Prameswari saat ini masih terlihat tapak kaki kijang,” ungkapnya.
(Husen Maharaja/Bambang Fouristian)