BANTEN,FOKUSJabar.id: Kolaborasi dan integrasi menjadi dua kata kunci yang menjadi fokus program kerja Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong sejak dikukuhkan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, 30 April 2021 lalu.
Gol A Gong yang memiliki nama asli Heri Hendrayana Harris berpendapat ikhtiar kebijakan peningkatan kegemaran membaca tidak bisa dilakukan secara parsial sehingga indeks literasi masyarakat bisa meningkat, namun aksi lebih penting dari sekedar narasi. Tugas yang tidak ringan mengingat kesuksesan dan keberhasilan tiga duta baca pada periode sebelumnya.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando mengatakan, sosok Duta Baca bukan sekedar penyambung lidah program pemerintah. Namun juga berperan sebagai seorang influencer, opinion leader, dan motivator, sekaligus penggerak hati masyarakat agar mau menjadikan aktivitas baca sebagai budaya dalam keseharian sehingga berdampak positif pada pertumbuhan literasi di Tanah Air.
Ruang kolaborasi dan integrasi dalam bingkai safari program literasi pun mulai dirintis sastrawan kelahiran Purwakarta ini dengan menggaet sejumlah stake holder. Mulai dari insan pers, IKAPI Banten, Dinas Perpustakaan Kota Serang.
BACA JUGA: Anindya atau Arsjad, KADIN Jabar: Kita Masih Kaji
Baru-baru ini, Gol A Gong berkesempatan menggelar aktivitas keliterasian bertajuk ‘Ngariung Literasi: Literasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat’. Kegiatan digelar di Kampung Adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Lebak, Banten, Sabtu (22/5/2021).
Selama dua hari, Gol A Gong bersama dengan Duta Baca Daerah Provinsi Banten, Rahmat Heldy HS, dan Kepala Desa Warung Banten, Ruhandi berkolaborasi memberikan pelatihan. Mulai dari menulis puisi, mendongeng, pelatihan cerita bergambar dari kardus bekas, dan pemberian hibah buku.
“Keterampilan menulis bukan dikatakan bagus jika berhasil menulis novel, tetapi bisa juga puisi, bahkan resep kuliner. Hal itu yang kita maksimalkan sebagai koleksi perpustakaan yang ramai dengan karya-karya siapapun. Pemustaka harus sadar mereka punya potensi yang tinggi. Ini yang dimaksud berdaya dengan buku. Konsepnya sama dengan inklusi sosial milik Perpustakaan Nasional,” kata Gol A Gong.
Sementara Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas, Adin Bondar mengatakan, kondisi saat ini mengharuskan adanya keterbatasan dalam memobilisasi kegiatan pemerintah. Kondisi pandemi sedikit banyak berdampak pada sisi kreativitas, produktivitas, sampai persoalan rumitnya lapangan kerja.
“Karena itu, di tengah kondisi yang demikian keberadaan perpustakaan dan literasi memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Saat ini perpustakaan menjadi ruang terbuka yang bisa dimaksimalkan pemanfaatannya sebagai sarana pengembangan kreativitas diri, bukan lagi sebatas sirkulasi koleksi. Sedangkan literasi mengajak masyarakat untuk berpikir kreatif, inovatif. Ini seperti dua sisi mata uang yang saling terkait, terhubung satu sama lain yang bermuara pada terciptanya masyarakat yang berpengetahuan (learning society),” kata Adin Bondar dalam kesempatan tatap muka secara virtual.
(Ageng)