MAJENE,FOKUSJabar.id: Januari 2021 lalu gempa bumi bermagnito 6,2 mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada hari Jumat (15/01/21) pukul 011.28 WIB.
Akibat dari gempa tersebut adalah banyaknya kerusakan sejumlah bangunan dan setidaknya kurang lebih 42 orang dilaporkan meninggal dunia.
Tepatnya di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Senin (01/02/21) tim #persisrespon Siaga Bencana Persatuan Islam melaporkan kepada Fokusjabar.id mengenai keadaan saat ini pasca gempa di Majene, Sulawesi Barat.
Humas Sigab Persis, Tim Persis Respon Gempa Mamuju-Majene Sulbar Gunawan menemui tokoh Desa Kabiraan Nurdin di kediamannya.
Nurdin menuturkan, banyak rumah yang roboh akibat gempa bumi 6,2 M pada Januari lalu, banyaknya rumah yang roboh tersebut dikarenakan konstruksi rumah permanen yang terbuat dari batu bata dan semen.
Menurutnya konstruksi rumah permanen yang terbuat dari batu bata dan semen tersebut tidak sesuai dengan kontur tanah perbukitan yang ada di Desa Kabiraan.
“Bangunan permanen yang terbuat dari bata dan semen tidak cocok dibangun di atas tanah Desa sini,” Kata Nurdin.
Berdasarkan pengalaman Nurdin, pada tahun 1969 lampau pernah terjadi juga gempa yang cukup besar di desa tersebut, namun pada waktu itu tidak banyak rumah yang roboh dikarenakan konstruksi bangunan khas adat Mandar berupa rumah panggung.
Nurdin melanjutkan, rumah dibangun dengan tiang penyangga setinggi 2 meter dari permukaan tanah dan memakai bahan konstruksi dari kayu, bangunan dari kayu ini cukup aman ketika ada goncangan dari gempa, tidak akan terjadi retakan dan juga tiang-tiang yang menyangga bangunan pun kokoh.
Zaman terus berkembang, masyarakat modern pun semakin lama melupakan salah satu kearifan lokal yang seharusnya dilestarikan. Kini masyarakat sudah mulai membangun rumah dan bangunan dengan batu bata, semen, besi dan tidak menggunakan struktur bangunan panggung.
Nurdin berharap kepada anak muda penerus sekarang untuk selalu menjaga dan melestarikan budaya kearifan lokal dari segi apapun, terlebih mengenai konstruksi bangunan rumah agar saat ada gempa lagi bisa aman dan selamat.
“Tolong pertahankan dan lestarikan budaya Adat Mandar dari segi apapun, apalagi dari pembangunan dengan membangun rumah panggung supaya aman, dan selamat dari gempa,” tutupnya.
(Gunawan/Erwin)