GARUT,FOKUSJabar.co.id: Keluarga Nek Cicin (80) dan warga Kampung Cikarag, RT01/06, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar) sempat dibuat bingung dengan bau yang sangat menyengat (bau bangkai), Minggu (1/11/2020).
Mereka mengira bau itu berasal dari tikus atau kucing mati. Ternyata dari tiga Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum Becc/Rafflesia)yang tumbuh di sekitar kebun dekat pekarangan rumah.
“Pagi tadi, masyarakat di sini tiba-tiba mencium bau menyengat seperti binatang mati di sekitar kebun dekat pekarangan rumah nenek. Ternyata bau itu berasal dari tiga buah bunga bangkai ,” kata Cucu Nenek Cicin, Pudin, Minggu (1/11/2020) malam.
Baca Juga: 3 Cara Merawat Tanaman Hias Dimusim Penghujan
Menurut Pudin, tiga buah bunga bangkai tersebut satu di antaranya sudah mekar dan mengeluarkan bau tidak sedap dan dua bunga masih kuncup.
“Awalnya tumbuh semacam benih di bawah pohon pisang, kemudian oleh nenek dipindahkan ke sebelah kanan. Baru tiga hari, bunganya langsung merekah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap,” kata dia.
“Kami baru menyadari kalau benih yang dipindahkan itu ternyata Bunga Bangkai,” kata Pudin menambahkan.
Sebagai informasi, Kibut/Amorphophallus titanum Becc merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) endemik dari Pulau Sumatra yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia.
Meski catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatra) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Disebut bunga bangkai karena baunya seperti bangkai yang membusuk.
Kibut sering dipertukarkan dengan Padma raksasa atau Rafflesia arnoldii. Mungkin karena kedua jenis tumbuhan ini sama-sama memiliki bunga yang berukuran raksasa dan keduanya sama-sama mengeluarkan bau yang tak enak.
Jenis-jenis Amorphophallus juga dapat dijumpai pada hutan hujan tropis di Stasiun Penelitian Hutan Tropis (SPHT) Taman Nasional Kayan Mentarang di Lalut Birai, Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau.
Tumbuhan tersebut hanya ada di Indonesia dan memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian. Yakni, fase vegetatif dan fase generatif.
Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6m. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Jika cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Jika tidak tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti Lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar.
Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri.
Hingga tahun 2005, rekor kibut tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74 meter pada tahun 2003.
Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91 meter di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, Jerman.
Namun, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa Kibut yang mekar di sana mencapai ketinggian 3,17 meter pada dini hari tanggal 11 Maret 2004. Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu.
Di kawasan SPHT Taman Nasional Kayan Mentarang, jenis Kibut dapat tumbuh dengan tinggi kisaran 1,5 meter dengan lebar sekitar 50 – 70 cm. Banyak dijumpai di sekitar pinggir sungai dan daerah dataran lembap.
Bunga Bangkai mekar sekitar bulan November dan yang terakhir dijumpai pada tanggal 23 November 2013 (Misoniman/POLHUT TN Kayan Mentarang).
Pada fase vegetatif, kibut ini muncul daun dan batang mencapai 2,5 meter dengan diameter sekitar 25 cm.
Bunga Bangkai dalam bahasa latin disebut Amorphophallus yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “Amorphos” yang berarti “cacat, tanpa bentuk” dan “phallos” yang berarti “penis.”
Terdapat 170 jenis Bunga Bangkai di seluruh dunia dan sekitar 25 jenis di antaranya bisa ditemui di Indonesia yaitu 8 jenis di Sumatra, 6 di Jawa, 3 di Kalimantan dan 1 di Sulawasi.
Ciri-ciri:
- Warna kelopak merah hati, jingga dan kehijauan
- Warna tongkol keungguan serta kuning
- Mengeluarkan bau busuk
- Tingginya busa mencapai 5 meter dan berdiameter 1,5 meter
- Biji berwarna merah
- Masa mekarnya 7 hari
Habitat:
Hutan hujan Sumatra (Bengkulu, Lampung).
Iklim tropis dan subtropis
Tumbuh dibawah kanopi (undergrowth)
Ketinggian 120-365 mdpl
Tanah berkapur
Di hutan sekunder, ladang-ladang penduduk, pinggir sungai atau di tepi hutan.
(Bambang Fouristian)