Rabu 15 Januari 2025

Ini Langkah, Pembuatan Kompos Ala IRT di Pangandaran

PANGANDARAN,FOKUSJabar.id: Inovasi dan kreativitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Agri Lestari di Dusun Pasirkiara, Desa Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jabar patut dicontoh dan layak diapresiasi.

Pasalnya, mereka berhasil mengolah sampah dari sisa makanan rumah tangga menjadi sebuah produk pupuk organik. Bahkan dari hasil produksi mereka saat ini banyak diminati masyarakat sebagai kebutuhan pupuk tanaman.

Berbeda dengan kebiasaan para wanita lain pada umumnya yang disibukan dengan mempersolek wajah di salon kecantikan. Para wanita yang berstatus Ibu rumah tangga ini memiliki kesibukan rutin khususnya setiap hari Jum’at pagi.

BACA JUGA: 955 Rumah di Kabupaten Pangandaran Terdampak Banjir

Ketua Kelompok Wanita Tani Srikandi Agri Lestari Iah Muslihah menuturkan,  kegiatan memproduksi pupuk organik dari sisa makanan ini ditekuni oleh kelompoknya sejak masa pandemi Covid-19.

“Kami mendapat ilmu cara membuat pupuk organik ini dari petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa dari pemerintah Kabupaten Pangandaran,” katanya Sabtu (31/10/2020)

Setelah dibekali cara dan tahapan, kata Dia, Kelompok Wanita Tani yang dipimpin dirinya langsung melakukan percobaan dan hasilnya maksimal.

“Pada percobaan perdana dengan hasil yang maksimal akhirnya banyak masyarakat yang minat untuk membeli dan kami sepakat kegiatan produksi pupuk organik menjadi agenda rutin,” katanya.

Setiap hari Jum’at, Lanjut Muslihah, kelompoknya disibukan dengan agenda memanen pupuk organik yang telah di produksi pada Juma’at sebelumnya sekaligus juga menyiapkan bahan baku untuk kembali dipanen pada Jum’at mendatang.

“Proses dan tahapan pengerjaannya masih dilakukan secara manual dan tradisional karena keterbatasan peralatan modern,” kata Muslihah.

Dia mengaku, hasil produksi pupuk organik dalam kurun satu pekan bisa menghasilkan sekitar 1 kwintal.

“Karena banyak pesanan dari luar anggota kelompok, maka setiap produksi kuantitasnya terus kami tambah,” kata.

Untuk harga penjualan kepada anggota kelompok, kata ia, pupuk organik dengan berat 20 kg seharga Rp 20.000 sedangkan diluar anggota kelompok Rp 25.000 per 20 kg.

“Prosesnya sangat sederhana namun perlu telaten agar hasilnya maksimal,” katanya.

Muslihah menjelaskan, bahan dasar pupuk organik tersebut diantaranya, campuran sabut kelapa, kotoran hewan, daun, sampah sayuran, gula pasir dan M4. Campuran berbagai jenis bahan baku yang sudah diratakan disimpan dalam plastik diperlakukan permentasi selama satu pekan.

“Jika kondisi cuaca cerah dalam kurun waktu satu pekan sudah jadi pupuk organik dan jika kondisi cuaca sedang musim hujan pupuk organik baru bisa dipanen setelah dua pekan. Setelah tahap permentasi selesai selama satu pekan lalu disaring menggunakan kawat ram untuk dilakukan pengayakan,” kata dia.

Agar rutinitas pembuatan pupuk organik berkesinambungan, Dia mengaku, para anggota kelompok dianjurkan untuk menanam tanaman dirumahnya masing-masing seperti kangkung, terong, cabe dan jenis tumbuhan sayuran lainnya.

“Kami mengerjakan produksi pupuk organik ini tanpa modal sepeserpun, karena banyak peminat  khusus di wilayah Pangandaran yang ingin membeli sekarang kami sudah punya uang kas kelompok,” kata dia.

(Agus/Anthika Asmara)

 

Berita Terbaru

spot_img