BANDUNG,FOKUSJabar.id: Rudy Hartono lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 Agustus 1949 merupakan mantan pemain Bulutangkis Indonesia peraih juara All England 8 kali pada tahun 1960 dan 1970-an.
Tujuh di antaranya diraih secara beruntun pada tahun 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974. Gelar kedelapannya disabet pada tahun 1976. Saat itu menaklukkan Liem Swie King dengan skor 15-6, 15-7.
Prestasi delapan gelar All England tersebut masih sulit dilewati pemain tunggal putra elite dunia lainnya.
Baca Juga: 11 Wanita Tangguh Indonesia Taklukkan Dunia
Rudy Hartono menjadi pemain termuda yang menjuarai All England (18 tahun-saat itu). Dia tampil heroic ketika melumat pemain Malaysia, Tan aik Huang di final tunggal putra dengan skor 15-12, 15-9 pada tahun 1968.
Hingga saat ini, ketika All England untuk pertama kali tidak digelar karena pandemi Covid-19, rekor juara termuda All England sulit dipecahkan.
Dia juga menjadi Pebulutangkis pertama yang masuk Guinness Book of Records (buku rekor dunia).
Rudy Hartono juga meraih emas tunggal putra saat Bulutangkis menjadi Cabang Olahraga (Cabor) ekshibisi di Olimpiade Munich 1972. Saat itu menghabisi musuh bebuyutannya, Svend Pri dengan skor 15-6, 15-1.
Prestasi sensasional lainnya yang diukir dia yakni juara dunia tunggal putra di Istora Senayan Jakarta mengalahkan rekan senegaranya, Liem Swie King.
Dia juga tercatat sebagai pemain Indonesia yang mengoleksi banyak gelar. Sejak 1968 hingga 1981, dirinya mengantongi 24 gelar juara di tunggal tunggal, ganda putra dan ganda campuran.
19 gelar tunggal putra diboyongnya. Yakni, delapan juara All England, Denmark Open (3 kali), Canadian Open (2 kali), Northern Indian, US Open, Singapore Open, Western Indian, Jakarta Open dan Japan Open.
Tak hanya itu, dia juga empat kali membawa Indonesia merebut Piala Thomas. Yakni tahun 1970 di Kuala Lumpur, Malaysia, 1973 di Jakarta, 1976 di Bangkok, Thailand dan tahun 1976 di Jakarta.
Selain gelar All England dan Piala Thomas, dia juga membawa Indonesia meraih emas nomor beregu di Asian Games 1970 di Bangkok, Thailand. Kala itu, menjadi masa keemasan Rudy Hartono dengan meraih gelar bergengsi di perorangan dan beregu.
Masa Kecil
Seperti anak-anak seumuran lainnya, Rudy Hartono juga tertarik dengan berbagai macam olahraga. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dirinya menyukai Cabor Atletik dan Renang.
Saat di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Rudy Hartono menyukai olahraga Bola Voli dan pada masa SMA bermain Sepakbola.
Dari semua Cabor yang dia geluti, keinginan terbesarnya akhirnya hanya jatuh pada Bukutangkis. Bagaimana tidak, pada usia 9 tahun, Rudy Hartono sudah menunjukkan bakatnya, tetapi ayahnya, Zulkarnain Kurniawan (juga pemain Bulutangkis) baru menyadarinya ketika berumur 11 tahun.
Setelah ayahnya menyadari bakat anaknya, Rudy Hartono kecil mulai dilatih secara sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya.
Program yang diberikan, kecepatan, pengaturan nafas, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Latihan fokus kepada sisi atletik, seperti lari jarak panjang dan pendek dan juga latihan melompat (high jump).
Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayahnya, pada saat itulah dia merasakan latihan profesional yang sesungguhnya.
Saat itu asosiasi tempat berlatih hanya mempunyai ruangan latihan di gudang gerbong Kereta Api PJKA (PT KAI) Karangmenjangan. Dengan kondisi seperti itu, dirinya tetap berlatih dengan penuh semangat.
Bahkan dia merasa bahwa tempat latihan ayahnya jauh lebih baik dari tempat latihan sebelumnya karena ruangan gedung telah memakai cahaya lampu listrik sehingga dia bisa tetap berlatih dengan maksimal sampai malam hari.
Setelah beberapa lama bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke grup Bulutangkis yang lebih besar (Grup Rajawali) sebuah wadah yang telah melahirkan banyak pemain dunia.
Pada awal Rudy Hartono bergabung, dia merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan bakatnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, jika ingin kariernya meningkat maka harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik.
Oleh karena itu, Rudy Hartono memutuskan untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada akhir tahun 1965. Tak lama setelah itu, penampilan dia semakin membaik.
Bahkan, dia turut ambil bagian dalam memenangkan Thomas Cup untuk Indonesia pada tahun 1967.
Pada umur 18 tahun, untuk pertama kalinya dia memenangkan titel Juara All England dengan mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia, 15-12 dan 15-9. Setelah itu terus memenangkan titel juara hingga tahun 1974.
(Bambang Fouristian/berbagai sumber)