Kamis 12 Desember 2024

Sri Mulyani Akui Utang Luar Negeri RI Semakin Membengak

JAKARTA,FOKUSJabar.id: Menteri Keuangan Sri Mulyani (Ani) mengakui jumlah utang luar negeri Indonesia meningkat, Senin (19/20/2020).

Hal tersebut merupakan tanggapan Sri mulyani terkait Bank Dunia yang memasukan Indonesa dalam daftar negara yang memilki jumlah utang luar negeri terbesar.

Namun, Ani mengatakan membengkaknya utang luar negeri tak terjadi pada Indonesia saja, melainkan juga negara-negara di dunia.

Ani mengatakan, peningkatan jumlah utang luar negeri mau tidak mau akan terjadi karena tingginya kebutuhan stimulus fiskal untuk menopang penurunan ekonomi alias countercyclical apalagi di masa pandemi.

BACA JUGA: Jokowi: Libur Panjang Akhir Oktober Kasus Covid-19 Jangan Meningkat

“Kami lihat fiskal untuk countercyclical, kami tentu lihat implikasi ke utang, bisa dilihat ke negara-negara lain. Indonesia juga alami hal yang sama karena kita juga lakukan countercyclical,” kata Ani.

Ani memperkirakan rasio utang Indonesia akan mencapai 38,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020 dan tembus 41,8 persen dari PDB pada 2021. Jumlahnya meningkat dibanding 2019 yang masih 30,5 persen terhadap PDB.

Kendati begitu, ia mengatakan rasio utang ini sejatinya masih lebih rendah dari negara-negara lain di dunia. Di kawasan Asia Tenggara misalnya, rasio utang Filipina sebesar 37 persen diperkirakan bakal naik menjadi 48,9 persen terhadap PDB pada tahun ini.

“Jepang bahkan saya rasa tidak perlu bicara lagi karena selama ini sudah 200 persen dan diperkirakan naik ke 266 persen pada tahun ini,” kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.

Hal serupa juga terjadi di negara-negara Eropa. Rasio utang Italia diproyeksi melejit dari 134,8 persen menjadi 161,8 persen, Prancis 98,1 persen menjadi 118,7 persen, Inggris 85,4 persen ke 108 persen, dan Jerman 59,5 persen ke 73,3 persen terhadap PDB.

“Amerika sudah tembus 100 persen dan sekarang mendekati 130 persen. Ini yang terjadi di berbagai negara, konsolidasi fiskal menjadi keharusan,” kata dia.

Ani mengatakan, peningkatan rasio utang di berbagai negara ini selanjutnya tidak hanya perlu dilihat dari sisi angka, namun juga kualitas dan kemampuan fiskal masing-masing negara yang berbeda-beda.

“Semua negara mengalami tekanan dari sisi fiskal karena adanya covid. Kekuatan fiskalnya, kesehatan fiskalnya di setiap negara berbeda-beda,” kata Ani.

(Agung)

 

Berita Terbaru

spot_img