TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Si Cantik G1R1J menjadi inovasi Puskesmas Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam menekan penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Si Cantik G1R1J merupakan singkatan dari Siap Cegah Antisipasi Jentik dengan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Kepala Puskesmas Indihiang dr. Dewi Puspa mengatakan, pencegahan kasus DBD bukan hanya tanggungjawab dan peran para tenaga kesehatan. Dibutuhkan peran serta seluruh unsur masyarakat lainnya dalam menekan penyebarannya.
“Penanganan DBD ini harus kerjasama semua pihak, harus bareng-bareng dari semua unsur. Mulai dari aparat setempat, masyarakat serta para tenaga kesehatan termasuk jejaring lintas sektor,” ujar dr Dewi saat ditemui di Puskesmas Indihiang, Jalan Sukamajukidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Sabtu (25/7/2020).
Saat ini, kasus DBD di Kota Tasikmalaya sudah masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Untuk itu, diperlukan upaya-upaya strategis yang lebih ekstra dalam penanganannya.
“Kalau penanganan biasa, sudah kita lakukan dan telah berjalan. Tapi karena kasusnya benar-benar fantastis, upaya kita pun harus lebih ekstra. Tidak seperti biasanya,” kata dia.
dr Dewi menambahkan, selain program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta gerakan menguras, menutup, dan mengubur (3M) yang selama ini digalakkan pemerintah, diperlukan terobosan dan inovasi-inovasi baru dalam melakukan pencegahan serta pencegahan penyebaran penyakit akibat nyamuk Aedis aegypti ini.
Salah satu terobosan baru yang dilakukan di Puskesmas Indihiang yakni dengan memodifikasi program Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya. Puskesmas Indihiang melakukan modifikasi program menjadi Si Cantik G1R1J yakni Siap Cegah Antisipasi Jentik dengan G1R1J.
“Ini untuk mengoptimalkan langkah dalam percepatan penanganan kasus DBD, khususnya di wilayah Indihiang,” ujar dia menambahkan.
BACA JUGA: Kasus DBD Tasikmalaya Capai 850, Puskesmas Bentuk Satgas
Inovasi baru si Cantik G1R1J di PKM Indihiang ini, lanjut dia, melibatkan seluruh tenaga kesehatan di puskesmas. Termasuk kader-kader kesehatan dan jejaring yang ikut membantu dalam melakukan penanganan serta pencegahan DBD
“Si Cantik G1R1J ini inovasi kita. Tidak hanya menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait penanggulangan DBD, namun gerakannya pun dengan melakukan pemantauan dan monitoring ke masyarakat. Jika menemukan kasus DBD, langsung dilaporkan ke puskesmas sehingga bisa dilakukan penanganan secepatnya,” kata dr Dewi.
Melalui terobosan baru Si Cantik G1R1J, prrogram PSN maupun gerakan 3M bisa lebih masif dilakukan sekaligus melakukan monitoring ke titik-titik ditemukan jentik. Dengan demikian, akan diketahui lebih cepat jika terdapat sarang atau pun jentik nyamuk Aedis agepty.
“Program ini lebih mengedepankan pencegahan dini daripada pengobatan medis, jadi kerjanya mencegah dan mengantisipasi agar masyarakat tidak terpapar DBD,” ujar dia.
(Seda/Ageng)