Senin 9 Desember 2024

Teten Masduki: UMKM Terkoneksi Digital Lebih Tahan Krisis

JAKARTA, FOKUSJabar.id: Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM), Teten Masduki menyebut para pelaku UMKM yang koneksi dengan ekosistem digital terbukti lebih mampu dan kuat bertahan menghadapi krisis. Termasuk pada saat pandemi Covid-19.
“Pandemi Covid-19 harus menjadi momentum mempercepat digitalisasi UMKM di Indonesia. Saat ini baru 13 persen UMKM yang masuk ke ekosistem digital,” ujar Teten Masduki saat Webinar Nasional Pembayaran Sehat Menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di Masa Pandemi Covid-19 dan New Normal di Jakarta, Rabu (26/4/2020).
Ia mengatakan, peningkatan transaksi melalui digital sebagian besar terjadi pada segmen kebutuhan primer. Termasuk makanan, minuman, perlengkapan sekolah, perlengkapan kesehatan pribadi (masker, hand sanitizer).
“Kami selalu berdialog dengan para pelaku e-commerce dan pedagang pasar untuk mengingatkan, perubahan perilaku konsumen harus diantisipasi dan ada tren belanja digital yang harus direspon,” terangnya.
Dalam beberapa kali kunjungannya ke warung-warung tradisional di pasar, Teten Masduki mengaku mulai menemukan banyak dari mereka sudah menggunakan aplikasi digital secara terbatas.
Terlebih saat ini kesadaran masyarakat dan konsumen mengenai higienitas makin tinggi sehingga pembenahan UMKM dengan digitalisasi merupakan upaya nyata untuk memperkuat daya saing mereka agar bisa masuk ke pasar yang lebih luas dan modern.
“Perlu dukungan dari BI terutama dukungan digital payment untuk pengembangan KUMKM. Smesco Indonesia juga sudah memakai QRIS, ini jika makin diperluas dengan digitalisasi akan menjadi momentum UMKM untuk mengakses pasar lebih besar. Selain ada kemudahan untuk konsumen dan produsen di hulu, reseller di online juga akan saling kontribusi,” tuturnya.
Teten Masduki pun mengakui jika faktanya memang tidak mudah mendampingi UMKM untuk masuk ke dunia digital. Hanya sekitar 4-10 persen saja yang akan langgeng dalam ekosistem baru tersebut.
Menurut dia, banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Salah satunya karena kemampuan penguasaan teknologi yang masih rendah hingga kekuatan merespon konsumen secara daring juga masih lemah.
Karena itu, lanjutnya, dibutuhkan peran para reseller online untuk membantu pemasaran produk UMKM.
Sebab UMKM sebagai produsen, hampir tidak mungkin melakukan semuanya sendiri. Apalagi momentum saat ini ketika banyak SDM berpendidikan baik tidak terserap pasar tenaga kerja atau bahkan mengalami PHK karena pandemi.
SDM tersebut bisa dilatih menjadi reseller yang akan membentuk pemasaran produk UMKM secara online.
“Alibaba juga melakukan hal ini, melatih para jagoan jualan yakni reseller untuk membantu penjualan produk UMKM,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menuturkan, di tengah pandemi, semua harus percaya jika di setiap kesulitan selalu ada kemudahan.
“Justru di balik Covid-19, peluang dan potensi UMKM, sektor informal untuk mengambil peran semakin besar. Saya pelajari dari Covid-19 ini, kita harus lebih kuat karena musibah bukan suatu kehancuran tapi Tuhan inginkan kita lebih kuat sehingga kita harus lebih kreatif mencari model bisnis baru yang inovatif dan siap untuk peradapan baru dalam konteks mempersiapkan kita ke new normal,” terang Perry.
Peradaban baru yang menurut dia sudah mulai menguat yakni peradaban digital yang terbukti sangat produktif di era pandemi. “Kami mengajak semua ekosistem ekonomi ke dunia digital,” tambahnya.
Ia mengatakan, digital terbukti mampu mempercepat inklusi keuangan UMKM dan pelaku ekonomi lainnya. Karena ‘mobile subscription’-nya yang sangat tinggi. 
“Ini menumbuhkembangkan pasar uang elektronik perbankan dan nonbank,” katanya.
Pihaknya menyatakan siap membantu dan mendorong UMKM untuk menerapkan pembayaran digital dalam platform QRIS yang merupakan konsep pembayaran sehat di masa pandemi dan normal baru.
(ars/ant)

Berita Terbaru

spot_img