TASIKMALAYA, FOKUSjabar.id: Kadisdik Kota Tasik, Budiaman Sanusi menegaskan bahwa study tour Bukan Program Sekolah dan tak wajib diikuti siswa. Pernyatan itu dia ungkapkan terkait kematian Delis (13) siswi SMPN 6 Kota Tasik, ternyata tewas dibunuh bapak kandungnya, hanya karena gara-gara kekurangan biaya study tour Rp100 ribu dari total Rp400 ribu.
Sayang statemen itu berbeda dengan Wakasek SMPN 6 Kota Tasikmalaya, Saepulloh.
“Jadi untuk outing class atau study tour itu sudah sesuai dengan Program Sekolah. Sifat kegiatan itu tidak wajib. Malah ada yang subsidi silang. Artinya bagi yang berprestasi itu dikasih gratis dari sekolah,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (27/02) sore.
Sekolah dan Tak Wajib! Terang dia, pelaksanaan outing class ini seperti diikuti siswa kelas VII yang belajar ke Jogjakarta. Dari 300 siswa, yang ikut hanya 150 siswa dan sudah berangkat. “Hanya 50 persen yang ikut. Artinya kan tidak wajib sifatnya,” terangnya.
“Untuk outing class yang diikuti Delis yaitu kelas VII. Dari 352 siswa, sampai sekarang yang ikut 170 siswa. Kita ke Bandung ke tempat bersejarah. Berangkat tanggal 5 Maret. Pelaksanaan study tournya bukan hari minggu, tapi hari biasa. Siswa yang tidak ikut tetap belajar di kelas,” sambungnya
Tambah dia, pihak sekolah telah mewanti-wanti pelajar sejak jauh hari bahwa study tour ini tidak wajib. “Sekolah tidak mewajibkan, sesuai buku panduan yang telah ditandatangani kepala dinas dan komite. Kita bisa lihat, yang ikut juga tidak semua,” tambahnya.
Jelas dia, yang pasti outing class atau study tour ini sudah menjadi program tahunan dan masuk buku kurikulum.
“Dengan kejadian ini, saya sangat berterimakasih kepada pihak polisi sudah mengungkap. Pasti ini jadi pembelajaran,” jelasnya. Dia menandaskan, penentuan biaya study tour sebesar Rp400 ribuan itu sudah didiskusikan pihaknya dengan pihak orang tua siswa.
“Jelas dengan kejadian ini akan dijadikan evaluasi. Tapi study tour ke Bandung tetap jadi karena sudah sesuai program,” tandasnya. (dar/rls)