CIAMIS, FOKUSJabar.id: Terlepas dari ucapannya yang kontroversial dan menyinggung perasaan warga Galuh Kabupaten Ciamis Jawa Barat, Ridwan Saidi (akrab disapa Babe) menyebut, dia justeru tertarik atas ditemukan batu susun Rompe, di Desa Sukaharja Kecamatan Lumbung.
Menurut Babe Saidi, itu adalah salah satu Monumen Stone Paraiangan, yang membuktikan adanya pengelolaan pesawahan yang maju dan berkembang di Ciamis di abad ke V. “Paraiangan itu artinya kan pesawahan, nah batu di Sukaharja itu monumen stone. Bahwa di abad ke lima pertanian di Ciamis sudah maju,” ujar Babe, diwawancara telepon, Kamis (13/02/2020).
Fenomena ditemukannya Batu Susun Rompe di Lumbung ini telah membuat beberapa peneliti dan sejarawan berkunjung ke lokasi. Tim Geologi Institut Teknologi Bandung dan Museum Geologi Bandung, datang ke sana pada Kamis (06/02/2020) lalu.
Pernyataan Babe Saidi yang menyangkutkan dengan peradaban abad lima ini justeru berbeda dengan kesimpulan sementara para ahli yang datang ke sana. Para ahli menyatakan bahwa Batu Susun Rompe itu bentukan alam bukan bentukan manusia.
Batu itu tidak seperti yang diramaikan diduga candi. Ahli Geologi Johan Arif mengatakan itu adalah batu yang bentukannya melalu proses alam. “Batu itu jenisnya andesit yang mudah dibentuk” ujarnya.
Terlepas dari tidak ada fakta penelitian yang ditemukan memiliki nilai kesejarahan, namuan Ahli Geologia Museum Geologi Bandung Oman Abdurahman mengatakan, komplek batu susun bisa dimanfaatkan sebagai salah satu destinasi wisata.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Olahraga Ciamis, Erwan, mengakui jika fenome batu susun Rompe ini sebagai anugerah bagi masyarakat Desa Sukaharja. “Ini bisa dikelola menjadi daya tarik wisata, ini anugerah,” ujar Erwan.(Deni)**