BANDUNG, FOKUSJabar.id: Salah satu orang terkaya di Indonesia, Dato Sri Tahir disebut-sebut memiliki hubungan dengan salah satu tersangka kasus Jiwasraya yakni Direktur Utama PT Hanson International Tbk (MYRX), Benny Tjokrosaputro (Bentjok). Hal ini seiring dengan rencana pemanggilan Dato Sri Tahir oleh Panitia Kerja (Panja) Jiwasraya Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Dato Sri Tahir adalah putra asli Surabaya yang masuk 10 besar daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2019. Tahir memiliki kekayaan hingga US$ 4,8 miliar atau setara dengan Rp67,2 triliun (kurs Rp14 ribu).
“Kita membaca di berbagai media sosial, ada yang mencoba menghubung-hubungkan Dato Sri Tahir dengan saudara Bentjok kan, Benny Tjokro. Untuk itu, seluruh hal yang berhubungan dengan Jiwasraya tentu menjadi perhatian kita. Nah, untuk itu kita ingin mendapatkan informasi yang lebih utuh dan klarifikasi. Makanya kita akan undang Dato Sri Tahir,” kata Anggota Panja Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade seperti dikutip detikcom, Jumat (31/1/2020).
Andre menegaskan, pemanggilan Tahir sendiri baru bersifat dugaan memiliki hubungan dengan tersangka kasus Jiwasraya itu. Pihaknya akan segera mengadakan rapat internal terkait rencana pemanggilan Tahir pada Senin atau Selasa depan. Setelah rapat, akan disesuaikan jadwal anggota panja dengan Tahir.
“Yang pasti lebih cepat lebih baik,” tegasnya.
Terkait rencana pemanggilan dirinya, Dato Sri Tahir mengaku jika Benny merupakan nasabah bank miliknya, Mayapada Bank. Selain itu, ayah Benny merupakan kerabatnya.
“Dia (Benny) nasabah kita, iya. Saya kenal orangtuanya, iya,” kata Tahir.
Namun Bos Mayapada ini mengaku tidak ada kedekatan dengan Benny meski mengakui dekat dengan ayah Benny.
“Saya dekat sama almarhum ayahnya. Kalau saya sama dia (Benny) beda generasi. Dia anak muda, saya sudah tua,” jelasnya.
Terkait kaitannya dengan skandal Jiwasraya, Tahir secara tegas menjawab dirinya tak ikut-ikutan dalam masalah tersebut.
“Saya mohon maaf ya, kalau saya menggunakan kata yang agak sedikit keras, saya terkutuk lah saya dalam hidup ini kalau saya ada kasus dengan pemerintah, kasus dengan negara, menipu negara. Saya nggak. 68 tahun saya hidup di sini, saya tidak pinjam bank pemerintah, saya tidak ada proyek pemerintah, saya berusaha kerja yang baik ya,” jelasnya.
“Sejauh ini bapak bisa investigasi saya. Jiwasraya itu kantornya di mana, saya nggak tahu,” pungkasnya.
(ars)