BANDUNG,FOKUSJabar.id: Kanker Kolorektal menjadi salah satu jenis kanker yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia dari sekian banyak penyakit kanker.
Gejala seperti munculnya darah dalam tinja, kebiasaan buang air besar yang berubah-ubah, rasa sakit yang terus-menerus di perut, kembung atau kram, perasaan buang air besar tidak dikosongkan sepenuhnya, dan tiba-tiba penurunan berat badan yang drastis, maka harus segera dilakukan pemeriksaan medis. Hal tersebut terungkap pada acara diskusi media ‘Tangani Kanker Kolorektal Sejak Dini’ di CGV Paskal Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/1/2020).
Diantara sejumlah kasus kanker yang ada, kanker kolorektal adalah jenis kanker yang paling tidak banyak diketahui masyarakat umum. Pada teleconference dengan Dr. Zee Ying Kiat di Singapura, kanker kolorektal sama seperti kanker pada umumnya dan sulit dideteksi pada tahap dini.
BACA JUGA: Menkes Sebut Kanker Karena Dosa Masa Lalu, Warga India Geram
“Karena gejalanya yang tak banyak dirasakan. Pada tahap awal perkembangannya, kanker kolorektal mungkin tidak menyebabkan gejala apapun. Ketika kanker dalam usus ini tumbuh atau menyebar, gejala-gejala yang dirasakan lebih bervariasi sesuai dengan ukuran dan lokasi kanker,” jelas Dr. Zee.
Lebih jauh ia menerangkan, kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Kanker ini juga dikenal dengan sebutan kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker. Ia menyebutkan, gejala kanker kolorektal seringkali dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh.
“Pada Survei Globocan 2018, kanker kolorektal adalah kanker nomor dua paling banyak diidap oleh pria setelah kanker paru di Indonesia. Namun di Singapura, kanker kolorektal dideteksi merupakan
kanker yang paling umum ditemukan pada perempuan. Kebanyakan kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam kolon atau rektum,” paparnya.
Menurutnya, tidak semua polip akan berkembang menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker, tergantung kepada jenis polip itu sendiri. Sedangkan dalam penanganannya, kanker kolorektal sebenarnya dapat didiagnosis melalui skrining atau salah satunya dengan pemeriksaan tinja ataupun kolonoskopi.
Dalam penanganannya, kolonoskopi melibatkan penggunaan tabung tipis dan fleksibel yang dikenal dengan nama kolonoskop. Alat itu dimasukkan melalui dubur sehingga memungkinkan dokter untuk memeriksa lapisan dalam usus besar. Biasanya dilakukan dengan sedasi ringan, kolonoskopi membutuhkan waktu sekitar 15 menit, polip jinak pun dapat dihilangkan selama proses.
Dr Zee Yin Kiat selaku Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre menambahkan, pendeteksian secara dini kanker yang umum dapat diobati dan dapat menyelamatkan hidup pasien. Kanker kolorektal yang terjadi di usus besar atau dubur, kata dia, tidak berkembang dalam semalam. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang dan karenanya dapat dideteksi dan diobati sejak dini.
Menurut dia, biasanya kanker kolorektal dimulai sebagai jaringan dengan pertumbuhan jinak yang disebut polip pada lapisan dalam usus besar atau rektum. Meskipun polip tidak bersifat kanker, mereka dapat berkembang menjadi kanker dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, sebagian besar kanker kolorektal berkembang dari polip. Keberadaan polip cukup umum, 1 dari 4 orang memiliki setidaknya satu pada usia 50.
“Namun, hanya sebagian kecil polip yang berkembang menjadi kanker dan itu pun butuh bertahun-tahun. Polip dengan lebar 1 cm memiliki peluang 1:6 tumbuh menjadi kanker lebih dari 10 tahun. Penanganan yang sedikit berbeda dilakukan pada pasien dengan kanker ginjal,” katanya.
Sejak 2007, terapi bertarget oral diperkenalkan oleh Parkway Cancer Centre, Singapura. Perawatan ini melihat peningkatan dalam tingkat respons dari 10 persen menjadi 30 persen. Terapi bertarget oral melihat efek samping yang lebih mudah dikelola dari obat-obatan yang dikonsumsi secara oral oleh pasien dalam kenyamanan rumah mereka sendiri.
“Terapi itu kini menjadi standar perawatan di Parkway Cancer Centre. Tentu saja, terlepas dari deteksi dini dan upaya pengobatan lainnya, gaya hidup sehat dipercaya dapat mengurangi risiko terkena kanker kolorektal maupun ginjal,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni/ars)