Kamis 12 Desember 2024

PSDA Siapkan Langkah Defisit Air

BANDUNG, FOKUSJabar.id: Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Barat telah melakukam antisipasi untuk mengendalikan debit Air ketika tinggi maupun rendah. Hal tersebut dilakukan mengingat kondisi di Jawa Barat ketika kemarau terjadi kekeringan dan musim pengujan akan terjadi banjir.

Berdasarkan Alokasi Pemenuhan Air Wilayah Sungai Citarum 2015, kebutuhan air di Metropolitan Bandung defisit hingga 7,27 kubik per detik. Kebutuhan sendiri mencapai 10,63 kubik dan ketersediaan hanya 3,36 kubik per detik.

Kepala Bidang Perencanaan Teknis Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jabar, Dikky Ahmad Sidik mengatakan, dengan perkembangan penduduk yang kian waktu terus bertambah, pihaknya memprediksi angka defisit air akan terus membesar. Adapun skema yang telah dilakukan, khususnya dalam penyediaan air baku untuk air minum, diantaranya dengan pengembangan bendungan dan mata air.

Baca Juga : Pasien Positif Covid-19 Bertambah, Ciamis Tetap Terapkan AKB

“Memang ada program yang sudah dilaksanakan. Mata Air Gambung sudah setengah kubik, cuma masih jauh untuk target (defisit) 7 kubik,” ujar Dikky saat dihubungi Minggu (3/11/2019).

Pihaknya (PSDA) telah mendatangkan ahli dari berbagai institusi untuk memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang, terkait masalah ketersediaan air bersih pada musim kemarau raya di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (24/10/19) lalu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Provinsi Jabar berencana membuat Gerakan Menabung Air guna mengatasi permasalah tersebut. Prinsipnya bagaimana memanfaatkan debit curah hujan pada saat musim penghujan dengan cari ditampung.

“Konsepnya tidak hanya menampung tapi sekaligus membuat tampungan sekaligus memperbaiki muka air tanah dan memperbaiki kualitas air tanah,” ucapnya.

PSDA mendapatkan usulan untuk membangungun receiver besar untuk menampung air hujan, salah satunya berada di Rancaekek, Kabupaten Bandung. Selain itu, mendapat masukan agar membuat waduk retensi 100 hektar untuk menampung kelebihan air yang ada di Sungai Citarum agar dimanfaatkan sebagai air baku.

BACA JUGA : Ini Skenario PDI-P NTT Hadapi Pandemi Covid-19

“Jadi sudah ada rencana-rencana pengembangan walaupun belum dituangkan secara detail. Karena itu otomatis harus masuk juga dalam pola pengelolaan sungai Citarum,” kata dia.

Menurut Dikky, yang saat ini kerap mengalami dampak yaitu wilayah Bandung timur. Kondisi itu salah satunya lantaran pengembangan penduduk yang cenderung tinggi. Disamping itu kaitan dengan sumber-sumber airnya yang tidak sebanyak di sisi selatan ke arah barat.

“Receiver itu kenapa dibangun di timur salah satunya menampung dari DAS Citarik pada saat hujan kan banjir. Nanti dimanfaatkan sebagai air baku di wilayah timur,” tuturnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, persediaan air bersih saat musim kemarau kerap menjadi sorotan. Selain karena air bersih menjadi kebutuhan masyarakat, jumlah populasi Jabar yang banyak tidak lepas dari atensi.

“Isu Jawa Barat adalah populasi, otomatis air bersih juga menjadi isu yang menyusul karena air menjadi kebutuhan hidup yang utama bagi manusia,” ujar Ridwan Kamil.

Emil (sapaan Ridwan Kamil) menambahkan, Gerakan Menabung Air juga bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya banjir. Saat ini, Pemdaprov Jabar masih terus membahas model Gerakan Menabung Air secara komprehensif.

“Rencana terdepannya menabung air, skala rumah, kecamatan, dan Kota/Kabupaten. Jadi, pas musim hujan, air itu bisa ditabung, pas musim kemarau air bisa dipanen,” tuturnya.

(AS/ars)

Berita Terbaru

spot_img