BANDUNG, FOKUSJabar.id: Talkshow ‘Sundalineals’ dengan tema ‘Melestarikan Budaya Sunda di tengah Modernisasi’, sebagai implementasi berbudaya masyarakat kekinian.
Acara yang diinisiasi oleh Praja Muda Beringin (PMB) ini, merupakan menujukan jatidiri Sunda menjadi indentitas sebagai orang Jawa Barat.
Panglima PMB Dedy Arianto mengatakan, budaya merupakan identitas sebuah bangsa. Di era modernisasi budaya yang ada di Indonesia mulai tersisihkan oleh budaya barat yang masuk dalam sendi kehidupan masyarakat hari ini. Sehingga, budaya mesti dijaga sebagai persatuan bangsa.
“Di era hari ini budaya sangat penting jangan sampai hilang. Meskipun budaya berbeda-beda tapi tetap satu. Kita harapkan seluruj daerah baik Sunda, Jawa, Papua, semua bisa terus menjaga budaya mensosialisasikan budahanya dan semua tetap satu bersaudara kita tetap Indonesia,” kata Dedy, usai acara Talkshow ‘Sundalineals’, Selasa (20/8/2019) di Armor Coffee Dago Pakar Kota Bandung.
Selanjutnya, pihaknya pun mengomentari soal budaya-budaya yang semakin hilang, dari mulai kerja bakti, gotong-royong, silaturahmi yang semakin hari tersisih oleh budaya luar yang datang ke kehidupan masyarakat.
Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi mengatakan, bahwa budaya hadir dalam diri setiap masyarakat. Misalnya, kita tinggal di daerah yang menganut budaya sunda maka miriplah dengan orang sunda, begitupun ketika kita tinggal di daerah Jawa, maka miriplah dengan orang jawa.
“Jadi yang harus dibangun oleh kita ketika kita tinggal di jawa maka harus mirip orang jawa, ketika tinggal di sunda harus mirip jadi orang sunda, ketika tinggal di papua harus mirip menjadi orang papua,” ujar Dedi yang juga sebagai budayawan Jawa Barat.
Sehingga, hal itu akan menjadi identitas dari budaya yang kita anut saat ini. Dan kita sama-sama akan saling memahami akar dari kebudayaan kita masing-masing.
“Kita tidak akan pernah ada perbedaan, dan orang akan saling menjaga,” tegasnya.
Sementara itu, Budayawan Jawa Barat Budi Dalton mengatakan, jargon yang selalu menjadi aksesories politik dalam budaya yaitu ‘urang kudu ngamumule budaya’ atau kita harus melestarikan budaya sudah tidak relevan lagi.
Karena yang saat ini harus dilakukan kata Budi Dalton, adalah gerakan-gerakan nyata untuk terus menjadikan budaya sebagai identitas diri.
“Jargon kita harus melestarikan budaya, saya pikir sudah tidak relevan, tapi lebih kepada teknis atau gerakan karena hal yang seperti ini (diskusi kebudayaan) jauh lebih bermanfaat, minimal kita punya menghasilkan satu konsep untuk bisa melaksanakan besok lusa menjadi sebuah aplikasi pekerjaan jadi bukan hanya dalam jargon saja,” tuturnya.
(AS)