PURWAKARTA, FOKUSJabar.id: Ketua DKM Tajug Gede Cilodong Purwakarta Dedi Mulyadi menyebut bahwa kebanyakan taman saat ini kecil-kecil, padahal jika bicara konsep taman di Jabar, yakni mulai gunung, sungai, area persawahan hingga area laut, itu semua taman.
Demikian diungkapkan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi di acara Mitembayen Ngaruat Taman Giriharja di kawasan Tajug Gede Cilodong, Desa Bungursari, Kabupaten Purwakarta, Rabu (6/3/2019).
Lalu mengapa saat ini berubah tidak menjadi taman, karena, kata dia, pengelolaan secara umum salah. Bahkan kebanyakan pengelola kebijakannya tidak mengerti tata kelola alam, lingkungan dan kemanusiaan.
“Sehingga kita selalu memisah-misahkan antara manusia dan Tuhan seperti itu. Mulai dari konsep bangunan saja secara umum selalu ber-AC, jendelanya pun dipaten dan tidak memanfaatkan aspek alam yang dimiliki,” kata dia.
Berbeda dengan tajug gede yang dibangun di area seluas 10 hektar di Desa Cilodong, Bungursari, Kabupaten Cilodong yang justru memanfaatkan aspek alam yang dimiliki. Pada bangunan itu angin masuk, bahkan tidak ditutup menggunakan kaca.
“Indonesia ini memiliki alam yang begitu sempurna, namun kita tidak memanfaatkannya, sehingga kita banyak inefisiensi ekonomi hanya untuk mendapatkan angin misalnya. Untuk angin saja harus ngeluarin duit, padahal itu tidak mesti,” jelas dia.
Untuk diketahui, sebelum dibangun Tajug Gede dan Taman Giriharja, lokasi tersebut dijual dan dibabat. Dan kemudian dikembalikan lagi menjadi hutan.
Ke depan, di areal tersebut akan dibangun areal yang di dalamnya ada kreativitas, kegiatan bermain anak, dimana mereka (anak-anak) dikenalkan pada budaya hingga gunanya teknologi saat ini.
“Kemudian pemahaman anak tentang Islam, hingga nanti mereka mempelajari huruf hijaiah (Taman Abatasa), bahkan membaca Al Quran dengan teknologi hari ini yang bisa diakses melalui perangkat teknologi. Nah itu ada lengkap,” kata Dedi.
Selain itu pihaknya menargetkan 100 ribu jenis tanaman Jabar atau Indonesia, bahkan ada museumnya.
(LIN)