GARUT,FOKUSJabar.id: “ Sasapian “ atau beken dengan sebutan “ Sapi Edan “ merupakan salah satu kesenian tradisional kebanggaan warga Desa Sukaluyu, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut.
Sapi Edan mengandung unsur mistik (magis) dan kerap ditampilkan dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia dan diundang tampil perayaan syukuran warga.
Baca Juga: Wagub Jabar Ingin Santri Manfaatkan Beasiswa KKP
Sesepuh sekaligus pendiri Lingkung Seni Sapi Edan, Suparman (Apih) mengatakan, orang yang masuk ke dalam keranda sapi-sapian akan kerasukan roh leluhur (kesurupan-red). Setelah itu, menjadi liar dan langsung beratraksi mengikuti alunan suara gamelan (bedug, kendang, gong, kecrek, saron dan kenong).
Alat kesenian tradisinal tersebut sambung Apih, sudah berumur ratusan tahun. Semakin keras gamelan ditabuh, semakin liar pula orang yang berada dalam keranda sapi-sapian.
Menurutnya, Sasapian yang sudah kerasukan roh leluhur dikawal agar tidak mengamuk kepada para penonton.
“ Sasapian yang sudah kerasukan roh dikawal ketat agar tidak mengamuk ke penonton yang berjejer di sepanjang jalan,” sebut Suparman, Sabtu (18/8/2018).
Sasapian sebenarnya dapat dijadikan ikon kesenian tradisional Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. Sayangnya, kepedulian Pemkab terhadap kesenian-kesenian tradisional nyaris tidak ada.
Keterlibatan anak-anak muda dalam suatu kegiatan seni budaya, lanjutnya, tentu saja akan semakin menguatkan keberadaan seni budaya tradisional dalam pelestariannya sehingga dengan sendirinya akan menjadi ikon seni budaya suatu daerah.
“ Inilah kekayaan seni budaya yang sesungguhnya, dimana partisipasi masyarakat masih terlibat dan turut serta dalam aktivitasnya. Atraksinya dilakukan di sebuah lapangan, dimana sebelumnya dilakukan berjalan di jalan raya,” kata Apih kepada FOKUSJabar.
Menurut dia, sebelum pelaksanaan, pihaknya melakukan ritual terlebih dulu untuk meminta izin serta keselamatan.
” Sebelum tampil, kita ritual terlebih dahulu,” pungkasnya.
(Andian/Bam’s)