BANDUNG, FOKUSJabar.id : Ketua Umum National Paralympic Commitee Indonesia (NPCI) Pusat, Senny Marbun mengatakan Tidak terpilihnya atlet disabilitas sebagai bagian dari tim nasional Indonesia untuk Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur dan Asian Para Games 2018 di Jakarta, tidak ada hubungannya dengan ‘kontribusi’ yang tercantum di dalam AD/ART NPCI. Hal tersebut diungkapkan.
Senny menuturkan, dalam menentukan pantas atau tidak seorang atlet masuk dalam kerangka tim nasional NPC Indonesia ditetapkan melalui berbagai persyaratan. Selain mendapat rekomendasi secara berjenjang mulai dari kota/kabupaten setempat, provinsi, hingga ke tingkat pusat, terdapat juga persyaratan lain.
“Berdasarkan perhitungan NPCI, kenapa mereka tidak masuk ke peltnas bukan karena mereka dapat medali emas di Peparnas maka secara otomatis masuk dalam pelatnas. Kita sudah tahu limit yang harus dikalahkan nanti di Asian Para Games, apalagi mereka itu di cabang olahraga terukur seperti atletik. Kita tahu bagaimana kekuatan China, Korea, Jepang dan negara Asia lainnya, sementara kita sendiri dituntut pemerintah untuk menembus ranking tujuh besar,” ujar Senny saat ditemui di salah satu hotel di Kota Bandung, Senin (6/8/2018).
Senny menambahkan, dalam sebuah even internasional seperti Asian Para Games, atlet yang bertanding harus memenuhi MQS qatau Minimum Qualifying Score.
“Dan kalau gak ada limit, bagaimana mereka memiliki MQS dan mau bertanding. Ini kejuaraan internasional yang diikuti sekitar 43 negara, dan secara kebetulan, Indonesia menjadi tuan rumah. Karena itu, meski sebagai tuan rumah, kita tidak bisa menentukan atlet sesuka hati. Kita tetap harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan,” terangnya.
Senny menerangkan, tidak masuknya mereka dalam pelatnas Asian Para Games 2018 bukan soal kontribusi yang tidak dibayarkan oleh para atlet yang bgersangkutan.
“Jadi kontribusi dan raihan di ajang Peparnas bukan patokan masuk pelatnas. Kita ingin menjadikan seorang atlet menjadi pahlawan itu pun melihat dari sisi mentalitasnya. Dan mentalitas mereka pun sudah gak bener, jadi bagaimana pun juga kita gak mungkin adopt mereka. Apalagi limit minimum yang harus mereka capai itu tidak masuk,” tuturnya.
Meski demikian, Senny mengaku jika pihaknya akan tetap membuka pintu lebar-lebar untuk menerima mereka kembali masuk dalam NPCI.
“Jadi kalau limit mereka bagus di tahun depan, kenapa enggak kita adopt dan panggil mereka masuk pelatnas. Kita tetap terbuka karena kita akan cari orang terbaik untuk memenuhi ranking tujuh besar. Kita ini menggunakan uang rakyat dan kalau tidak kita gunakan untuk banggakan Indonesia, buat apa,” tegasnya.
Pihaknya pun menyayangkan dengan gerakan enam atlet disabilitas asal Jabar yang melakukan berbagai kegiatan karena tidak masuk dipanggil pelatnas Asian Para Games 2018.
“Kalau yang mengurus mereka hanya tahun terkait olahraga di tingkat RT dan RW, mana mengerti. Jadi pikirannya pun selalu ke uang sumbangan-sumbangan itu. Mereka itu merusak nama NPC, merusak nama dia sendiri, karena mereka itu orang disabilitas, orang difabel. Dengan aksi yang mereka lakukan, justru mau merusak rumah dan kendaraan mereka sendiri. Saya sangat menyesalkan dengan hal yang terjadi saat ini dan mereka mau mengikuti saran dari orang yang tidak bertanggungjawab untuk hal yang sangat tidak terpuji. Kita lihat saja apa yang akan terjadi besok, Selasa (7/8/2018). Saya punya keyakinan jika Pak Presiden punya pandangan sendiri karena Pak Presiden tahu NPCI itu seperti apa,” pungkasnya.
Seperti diketahui, enam atlet Paralimpik melakukan aksi jalan kaki dari stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) ke stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk menggelar orasi protes terhadap dugaan tindak kesewenang-wenangan pengurus dan membentangkan spanduk protes terhadap kematian karier mereka sebagai atlet berprestasi. Keenam atlet tersebut menduga, tidak terpanggilnya mereka ke Pelatnas Asian Para Games 2018 meski meraoih medali emas di Peparnas XV 2016 sebagai buntut dari tidak menyetorkan 25 persen dari bonus yang mereka terima.
Keenam atlet tersebut pun akan mengembalikan medali emas yang mereka peroleh saat Peparnas XV tahun 2016 lalu. Mereka yakni Farid Surdin, Ganjar Jatnika, Asri, Junaedi, Elda Fahmi, dan Sony Satrio. Mereka berangkat dari stadion GBLA pada Sabtu (4/8/2018) lalu dan direncanakan tiba di SUGBK, Jakarta, pada Selasa (7/8/2018) besoak. Dalam satu hari, mereka akan menempuh jarak sejauh 50 kilometer.
(ageng)