BANDUNG FOKUSJabar.id : Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat merasa sedih dan prihatin mendengar 21 orang pemuda dan pemudi warga Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung meninggal sia-sia diduga akibat menenggak minuman keras (miras) oplosan.
“Sedih dan prihatin ya mendengar ada kasus meninggal akibat miras oplosan yang di Cicalengka. Saya kira ini kasus paling tragis, menurut saya. Yang ikut pestanya 27 orang kan ya,” ujar Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, Rafani Achyar di kantornya, Senin (9/4/2018).
Dengan kejadian tersebut, katanya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat harusnya merasa malu. Karena kata orang, lanjutnya, masyarakat Jawa Barat dikenal agamis, Gubernur Jawa Barat nya pun seorang Ustad.
“Tapi kenapa masih ada fenomena kayak gini. Nah ini harus instrospeksi,” kata dia.
Selain itu dia menilai, 27 orang yang berpesta miras oplosan tidak punya pemahaman dan pengamalan agama yang baik. Bagi orang yang punya pemahaman agama yang baik, ujarnya, pasti akan menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri seperti menenggak miras oplosan.
“Jadi pertamanya pasti lah agama, mereka ini pemahaman atau dalam pengamalan agamanya minim,” ujarnya.
Sehingga kata dia, adanya kejadian tersebut merupakan tantangan dakwah bagi Ustad dan Dai di darerah. Bahwa saat ini objek dakwah semakin kompleks. Perlu ada evaluasi untuk sasaran dakwah maupun konten dakwah yang diberikan kepada umat.
“Mungkin dakwah untuk kelompok-kelompok seperti ini perlu terobosan. Perlu dakwah yang kreatif. Dan mungkin harus lebih banyak dakwah Bilhal, dakwah yang dengan tindakan nyata. Bukan sekedar ucapan,” ucapnya.
(Ibenk)