TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Suasana syahdu menyelimuti Taman Kota Tasikmalaya, Minggu (28/12/2025) siang. Gema puji-pujian tauhid yang menggema dengan alunan khas terdengar merdu, menembus hiruk-pikuk pusat kota.
Alunan tersebut bukan sekadar lantunan biasa, tetapi berasal dari para peserta Festival Nadoman antar DKM se-Kota Tasikmalaya, sebuah ikhtiar untuk menjaga sekaligus menghidupkan kembali tradisi kearifan lokal yang mulai memudar.
Baca Juga: Layani 192 Ribu Penumpang, Dirut KAI Cek Kesiapan Stasiun Bandung–Tasikmalaya
Bagi warga Tasikmalaya generasi 90-an ke bawah, suara nadoman adalah “musik latar” yang akrab terdengar setiap jeda antara azan dan iqamah di masjid maupun musala. Namun, modernisasi yang berjalan cepat membuat tradisi ini kian jarang terdengar, bahkan terasa asing bagi telinga generasi Z dan Alpha.
Estafet Kebaikan dari Ulama Terdahulu
Ketua MUI Kota Tasikmalaya sekaligus Ketua DKM Masjid Agung, KH Aminudin Bustomi, menegaskan bahwa festival ini bukan hanya perlombaan seni, melainkan gerakan budaya dan akidah.
“Kami ingin kebiasaan baik para ulama terdahulu hidup kembali. Orang tua yang baik adalah mereka yang mampu mengestafetkan kebiasaan baik itu kepada generasi berikutnya,” ujarnya.
Ia menilai kehidupan modern yang sangat dinamis turut menggerus tradisi Ahlusunnah wal Jamaah tersebut. Padahal, melalui nadoman, para ulama masa lalu menanamkan dasar-dasar agama melalui syair yang mudah diingat dan indah didengar.
20 Tim dari 10 Kecamatan Bersaing Ketat
Meski antusiasme masyarakat tinggi, panitia membatasi jumlah peserta demi menjaga kualitas penampilan. Setiap dari 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya mengirimkan dua peserta terbaiknya, sehingga total 20 tim tampil memukau di hadapan dewan juri.
Mereka memperebutkan predikat penampilan terbaik, lengkap dengan hadiah penghargaan sebagai apresiasi atas dedikasi dalam melestarikan budaya nadoman.
Festival Seni, Tradisi, dan Kemanusiaan
Festival Nadoman tahun ini tidak hanya menonjolkan nilai seni dan budaya, tetapi juga memuat pesan kemanusiaan. Panitia menyisipkan doa bersama untuk keselamatan warga yang terkena musibah bencana alam di Sumatra dan Aceh.
Puncak acara juga meriah dengan penggalangan dana kemanusiaan, mencerminkan bahwa esensi nadoman berisi ajaran tauhid dan kepasrahan kepada Allah sejalan dengan aksi nyata membantu sesama.
Harapan: Menjadi Tradisi Tahunan dan Wisata Religi
KH Aminudin berharap Festival Nadoman dapat menjadi agenda tahunan di Kota Resik. Selain mempererat silaturahmi antar DKM, kegiatan ini harapannya menjadi wahana penguatan akidah sejak dini dengan nilai-nilai Ahlusunnah wal Jamaah.
Tak hanya itu, festival ini memiliki potensi besar menjadi destinasi wisata religi, menambah kekayaan khazanah budaya yang dimiliki Kota Tasikmalaya.
Dengan usainya festival, muncul harapan agar suara nadoman kembali menggema di masjid-masjid kampung dan kota—menjadi pengingat bahwa di tengah derasnya arus modernisasi, ada akar tradisi yang tak boleh ditinggalkan.
(Abdul)


