spot_img
Selasa 23 Desember 2025
spot_img

Kolaborasi Pemkot Bandung dan Prosignal Olah Sampah Jadi Kompos, Produksi Tembus 14 Ton per Hari

BANDUNG,FOKUSJabar.id: Upaya penanganan sampah di Kota Bandung kini memasuki fase baru yang lebih berkelanjutan. Melalui kolaborasi antara Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan CV Prosignal Karya Lestari, sampah organik dari kawasan Gedebage mulai diolah menjadi pupuk kompos untuk mendukung pertanian, penghijauan, dan berbagai program lingkungan kota.

Operator CV Prosignal Karya Lestari, Aldi Ridwansyah, menjelaskan bahwa kerja sama ini berawal dari inisiatif komunikasi lintas organisasi perangkat daerah (OPD). Dari sejumlah OPD yang dihubungi, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung menjadi pihak pertama yang merespons positif dan meminta pasokan kompos hasil olahan sampah organik.

Baca Juga: Pesan Tegas Kapolri Listyo Sigit Prabowo di Apel 10.000 Banser: NKRI Tak Boleh Kalah oleh Radikalisme

“Minggu lalu kami sounding ke beberapa OPD. Alhamdulillah Diskominfo yang pertama berminat dan meminta bantuan kompos hasil pengolahan sampah kami di Gedebage,” ujar Aldi di Balai Kota Bandung, Selasa (23/12/2025).

Pada tahap awal, Prosignal menyalurkan dua ton kompos, masing-masing satu ton untuk Diskominfo dan satu ton lainnya direncanakan untuk Pendopo Kota Bandung. Kompos itu berasal dari pengolahan sampah organik berupa sisa makanan, sayur, dan buah dari Pasar Gedebage.

“Ini murni sampah organik dan kami berikan gratis. Ke depannya, kalau sudah memasuki skala komersial, harga satu karung 30 kilogram diperkirakan sekitar Rp25 ribu,” jelasnya.

Saat ini Prosignal mampu memproduksi hingga 14 ton kompos per hari. Selain pupuk organik, perusahaan tersebut juga mengolah limbah kelapa menjadi cocopeat dan cocofiber sebagai media tanam atau perbaikan struktur tanah. Produk ini telah diproduksi di pabrik mereka di Cileunyi dan bahkan menembus pasar ekspor.

“Selama ini banyak petani, termasuk dari wilayah Ciwidey, yang sudah memanfaatkan produk kami,” kata Aldi.

Kolaborasi Edukasi Pengelolaan Sampah dari Hulu ke Hilir

Aldi menambahkan, kerja sama dengan Diskominfo telah disepakati secara resmi melalui surat. Ia berharap kolaborasi serupa dapat diperluas dengan Dinas Pertamanan serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) untuk mendukung taman kota, kebun, dan program Buruan SAE.

Pada kesempatan yang sama, Humas Prosignal, Willy Aditya, menegaskan kolaborasi ini tidak hanya sebatas distribusi kompos. Namun juga mengedepankan edukasi pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir.

“Ini bentuk kolaborasi antara Pemkot Bandung, khususnya Pak Wali Kota, dengan CV Prosignal. Kami ingin masyarakat memahami bahwa masalah sampah bisa diselesaikan dari hulu, lalu di hilir menjadi kompos yang bermanfaat,” katanya.

Willy menyebut, Wali Kota Bandung mendorong setiap dinas menjadi pengguna kompos untuk memberi contoh penggunaan hasil pengolahan sampah organik. Diskominfo menjadi pelopor, disusul dinas-dinas lain yang berkaitan dengan pertamanan dan ketahanan pangan.

“Untuk sementara ini kami gratiskan. Masyarakat yang membutuhkan tinggal datang, bawa karung atau mobil, kompos kami siapkan,” ujarnya.

Saat ini Prosignal menerima sekitar 27 ton sampah per hari dari kawasan Gedebage. Mulai dari sampah Pasar Gedebage, daun kering dari Dinas Lingkungan Hidup, hingga sampah kiriman dari sejumlah kelurahan seperti Mekarmulya.

Sistem Barter Sampah

Salah satu inovasi yang sedang dalam persiapan adalah sistem barter sampah dengan pengelola berbasis insinerator atau thermal. Sampah organik yang tidak dapat dapat melalui proses thermal akan dikirim ke Prosignal. Sementara sampah residu yang bisa dibakar dikirim ke pengelola insinerator.

“Ini win-win solution. Harapannya seluruh sampah Kota Bandung bisa tertangani tanpa harus dikirim ke TPA Sarimukti,” ungkapnya.

Dari total sampah setiap hari, Prosignal mampu menghasilkan sekitar 14 ton kompos. Dengan total produksi yang telah mencapai sekitar 3.000 ton sejak pengolahan mulai pada Juni 2025.

Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan pemanfaatan hasil pengolahan sampah menjadi pekerjaan penting selanjutnya setelah proses pemilahan dan pengolahan berjalan.

“Setelah kita mampu memilah dan mengolah sampah, tahap berikutnya adalah pemanfaatan. Ini tidak mudah, karena belum tentu semua orang memahami cara memanfaatkannya. Oleh karena itu, kita harus terus mencari peluang agar dapat menggunakan kompos bisa secara optimal,” kata Farhan.

(Yusuf Mugni)

spot_img

Berita Terbaru