BANDUNG, FOKUSJabar.id: Pemkot Bandung tengah mengkaji skema penghentian sementara operasional Angkutan Kota (Angkot) selama dua hari, 31 Desember 2025 dan 1 Januari 2026.
Penghentian operasional Angkot berdasarkan usulan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM) untuk mengurangi kemacetan saat libur Tahun Baru.
BACA JUGA:
Rentetan Kasus Keracunan Jadi Alarm MBG, Netty Prasetiyani Desak BGN Tutup SPPG Bermasalah
Salah satu aspek krusial yang dibahas adalah kompensasi bagi sekitar 2.500 Angkot. Anggarannya diperkirakan mencapai Rp1,25 milyar.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengatakan, Pemkot menyambut baik gagasan tersebut sebagai upaya mengantisipasi lonjakan kendaraan pribadi di kawasan wisata selama libur akhir tahun.
“Tentu kita menyambut baik ide Pak Gubernur. Ini merupakan salah satu solusi yang harus kita perhatikan dan sikapi untuk mengantisipasi kemacetan,” kata Farhan di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (23/12/2025).
Dia menjelaskan, sesuai usulan Gubernur Jawa Barat, kompensasi yang diberikan Rp500 ribu per sopir angkot selama dua hari. Namun hingga kini, Pemkot Bandung masih menghitung ulang sumber dan besaran anggaran yang akan digunakan.
BACA JUGA:
Libur Nataru, Pemkot Bandung Fokus Benahi 17 Ruas Jalan Padat Wisatawan
“Sekarang anggarannya belum ada. Baru hari ini akan dirapatkan. Dari mana sumber dan berapa besarannya juga belum tahu,” jelasnya.
Berdasarkan data sementara, jumlah angkot di Kota Bandung sekitar 2.500 unit. Jika seluruhnya menerima kompensasi Rp500 ribu, maka anggaran yang dibutuhkan Rp1,25 milyar.
Selain soal anggaran, Farhan menegaskan pentingnya pendataan sopir angkot agar kompensasi tepat sasaran.
Mekanisme penyaluran, baik melalui koperasi maupun secara langsung kepada sopir masih dikaji dari sisi administrasi.
Menurutnya, Gubernur Jawa Barat mengusulkan pembagian anggaran kompensasi masing-masing 50 persen.
“Beliau mengusulkan dibagi dua. Makanya kita akan bahas dulu. Pembahasannya tidak hanya dengan pemerintah tetapi dengan koprasi-koprasidan operator angkot. Termasuk pemilik angkot,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Wings Air Resmi Terbang Semarang–Bandung, Konektivitas Udara Bandung Makin Kuat
Di sisi lain, Pemkot Bandung juga mempertimbangkan dampak sosial dari penghentian operasional angkot. Khususnya bagi pekerja di kawasan wisata yang bergantung pada angkot sebagai moda transportasi utama.
“Jangan sampai ada layanan publik yang terganggu. Banyak pekerja yang sehari-hari menggunakan angkot. Sementara kalau pakai ojek online biayanya belum tentu semurah angkot,” pungkasnya.
(Yusuf Mugni)


