TASIKMALAYA,FOKUSJabar.id: Di balik riuh langkah ribuan peserta Fun Walk Keagamaan dari Taman Kota Tasikmalaya menuju Alun-alun Dadaha sebagai titik finish, Sabtu (29/12/2025), terselip kisah-kisah sederhana tentang harapan, kebersamaan, dan cara masyarakat merawat kerukunan di tengah keberagaman. Kegiatan yang diselenggarakan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
Sejak pagi buta, masyarakat dari berbagai penjuru Priangan Timur sudah mengisi Taman Kota Tasikmalaya. Bukan hanya untuk berolahraga, tetapi untuk bertemu, berbaur, dan menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak pernah menghalangi seseorang untuk berjalan berdampingan.
Baca Juga: Kanwil Kemenag Jabar Gelar Wayang Golek di Kota Tasikmalaya
Di antara kerumunan itu, tampak Asep seorang pedagang kecil yang memilih menutup warungnya sebentar demi mengajak anaknya ikut kegiatan tersebut.
“Biar dia lihat, bahwa orang itu macam-macam, tapi bisa damai. Ini pelajaran yang nggak ada di buku,” katanya sambil menggenggam tangan putrinya.
Kisah serupa datang dari Maria, seorang guru sekolah minggu yang datang bersama rekan-rekan muslimahnya. Mereka membawa spanduk kecil bertuliskan “Berbeda untuk saling menguatkan”.
“Kami hadir supaya anak-anak kami tahu, harmoni itu harus dirawat, bukan hanya dibicarakan,”
Ruang Bertemu Lintas Suku, Agama dan Latar Belakang
Momen-momen semacam inilah yang menghidupkan tujuan diadakannya Jalan Kerukunan sebuah gelaran yang bukan sekadar acara olahraga, tetapi ruang bertemu bagi warga lintas suku, agama, dan latar belakang. Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat, Dudu Rohman, menegaskan bahwa kemajemukan di Jawa Barat selayaknya dirayakan.
“Keberagaman itu warna, bukan pemisah. Banyak daerah punya perbedaan, tapi tidak semuanya punya kedamaian seperti di Tasikmalaya,” ujarnya.
Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi Ramadhan, turut mengapresiasi semangat masyarakat. Menurutnya, Tasikmalaya bukan hanya terkenal sebagai Kota Santri, tapi juga tempat di mana nilai toleransi hidup dalam keseharian.
“Kalau melihat langsung, warganya saling menyapa, saling menolong tanpa bertanya latar belakang. Itulah kekuatan kota ini,” katanya.
Selain jalan sehat, kegiatan ini juga membawa pulang manfaat bagi mereka yang membutuhkan. Sebanyak 350 paket sembako dibagikan kepada anak yatim, kaum dhuafa, dan penghuni panti jompo, pengingat bahwa kerukunan bukan hanya soal berjalan bersama, tetapi juga menyentuh tangan mereka yang paling rentan.
Di tengah dunia yang sering kali gaduh oleh perbedaan, Tasikmalaya pagi itu menunjukkan sesuatu yang sederhana namun kuat: bahwa persatuan tidak selalu muncul melalui pidato atau panggung besar. Kadang, ia hadir lewat langkah-langkah kecil ribuan orang yang memilih bergerak bersama.
(Seda)


